PROKAL.CO, Keberhasilan memadamkan api pada sebuah bencana kebakaran, tak pernah berujung pujian bagi para petugas pemadam kebakaran. Malah pada pahlawan penjinak api ini kerap mendapat cibiran jika kedatangannya dinilai terlambat oleh masyarakat.
SINJA LUKY, Tanjung Redeb
BERTUGAS sebagai petugas pemadam kebakaran memang harus bermental baja dan bekerja dengan sepenuh hati. Hal itu juga yang membuat Achmad Semaun bisa terus mengemban amanah sebagai petugas yang selalu siaga 24 jam ini. Menurutnya jika seorang petugas tidak bisa mengendalikan kesabarannya, bisa saja setiap terjadi kebakaran akan memicu bentrok antara petugas dengan masyarakat.
Dikatakan, saat berhadapan dengan api, para petugas harus bisa mengendalikan emosi, mencurahkan pikiran dan menerima luapan emosi masyarakat yang kerap tak terkendali.
“Bekerja di bagian pemadam kebakaran itu memang banyak dukanya. Makanya, kami sudah dilatih untuk selalu bersikap sabar saat menghadapi berbagai kondisi yang terjadi di lapangan. Mulai dari ketepatan waktu sampai ke lokasi kebakaran, hingga menghadapi kondisi masyarakat yang panik melihat rumahnya terbakar,” katanya ketika ditemui di kantornya Selasa (9/1).
Pria kelahiran Balikpapan 1 Juni 1969 ini mengaku, jam kerja petugas pemadam kebakaran tidak dapat disamakan dengan pekerja kantoran. Sebab mereka harus siaga 24 jam. Bahkan ketika tengah asyik berkumpul dengan keluarga sekalipun, ketika terjadi kebakaran, mereka harus langsung sigap menjalankan tugas.
“Jangan hanya dilihat pada saat kami santai di kantor, duduk dan berkumpul. Tapi masyarakat juga harus melihat bagaimana kerja keras kami saat memadamkan api,” ujarnya.
Bekerja sejak tahun 2009, pria yang akrab disapa Semaun ini mengaku banyak kendala yang dihadapi saat memadamkan api. Misalnya jika pihak PLN terlambat memadamkan listrik. Sebab, jika listrik tetap menyala, justru bisa memicu terjadinya korsleting karena terkena air, bahkan bisa menimbulkan ledakan jika terus terbakar.
Upaya memadamkan api juga tidak bisa sembarangan karena nyawa menjadi taruhannya.
Semaun juga punya satu pengalaman yang tidak bisa dilupakannya. Yakni ketika terjadi musibah kebakaran di Gunung Tabur 2017 lalu. Saat itu, pihaknya memang terlambat mendapat informasi dari masyarakat, sehingga telat tiba di lokasi kebakaran. Akibatnya, masyarakat yang sudah kesal, justru mengusir dirinya dan rekannya,ketika tiba di lokasi, karena masyarakat telah berhasil memadamkan api.
“Jadi saat itu tim kami datang langsung disuruh pulang oleh warga, karena warga telah memadamkan apinya. Walau demikian, untuk mencegah kebakaran kembali terjadi, kami tetap menyiram lokasi kebakaran untuk memastikan api sudah benar-benar padam,” pungkasnya. (*/bersambung/udi)