PROKAL.CO, TANJUNG REDEB - Tongkang TC 2031 bermuatan batu bara yang ditarik tugboat Modal Wan Nomor 8, diduga mengalami kebocoran di sekitar perairan Lamin, Sungai Segah, sejak Sabtu (1/12) lalu. Dugaan kebocoran tersebut telah dibenarkan staf Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Berau Sukriadi.
Dijelaskannya, kejadian tersebut bermula saat tongkang yang memuat sekitar 3.000 metrik ton (MT) batu bara, tambat di sekitar perairan Lamin untuk memasuki tahapan penggolongan sebelum menuju Muara Pantai.
Sesaat akan berangkat pada Sabtu pagi, Kapten Tugboat Modal Wan Nomor 8 menyadari kondisi tongkang yang ditariknya, mengalami kemiringan ke sisi kanan. “Setelah itu pihak kru kapal mencoba memompa air, tapi kondisi air tak surut dan semakin miring,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (4/12).
Akhirnya, kru dari kapal milik agen PT Wasesa tersebut, melaporkan kepada agen untuk diteruskan ke KUPP pada Minggu (2/12).
Mendapat laporan tersebut, pihaknya bersama aparat kepolisian dan agen kapal langsung melakukan pengecekan pada Senin pagi. “Pihak agennya langsung melakukan evakuasi dengan mengirim ekskavator, untuk memindahkan batu bara yang dimuat dalam tongkang tersebut ke tongkang lainnya," jelasnya.
Mengenai penyebab terjadinya kemiringan, Sukriadi menduga tongkang mengalami kebocoran saat proses pemuatan batu bara, ditambah adanya benda keras yang mengganjal di bawah tongkang.
“Nanti kapten kapal dan agen akan kami periksa. Namun saat ini mereka masih diperiksa oleh pihak kepolisian, setelah itu baru kami lagi yang memeriksa," tuturnya.
Dengan kemiringan tersebut, batu bara yang dimuat di sisi kanan tongkang terendam air sungai, sebelum dipindahkan ke tongkang lainnya.
"Tapi untuk kondisi perairan di sekitar tongkang, kami lihat masih aman. Karena hanya batu bara di sisi kanan saja yang kemasukan air, dan itupun tidak terlalu banyak," tambahnya.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau Sujadi mengatakan, pihaknya juga telah melakukan peninjauan ke lokasi tongkang yang diduga mengalami kebocoran.
Dari hasil peninjauan, pihaknya tak menemukan dugaan pencemaran terhadap kondisi air di sekitarnya. "Soalnya tidak terlalu banyak batu bara yang terendam," tuturnya.
Menurutnya, batu bara tak akan terlalu mencemari perairan apabila dalam jumlah sedikit. Sebab, karbon yang bertemu dengan air tak terlalu merusak ekosistem air. "Yang dikhawatirkan adalah sulfurnya. Kalau terlalu banyak, bahaya bagi hewan di air," ujarnya.
"Makanya dalam proses evakuasi, kami menyarankan pihak perusahaan memasang alat khusus supaya air yang terkena batu bara tidak meluas," tandasnya. (arp/udi)