TARAKAN – Pecinta sepakbola di Kalimantan Utara (Kaltara), khususnya di Tarakan, pasti sudah tak asing mendengar nama Iman Firmansyah. Pria kelahiran Bunyu, 23 Januari 1978, ini memiliki segudang pengalaman dan prestasi selama berkarier di sepakbola Tanah Air.
Di klub lokal saja, pria yang memiliki ciri khas berpenampilan sederhana dengan rambut gondrong ini pernah memperkuat klub Pemkot, salah satu kontestan kompetisi sepakbola resmi PSSI Tarakan.
Di level nasional, Iman –begitu panggilan akrabnya- juga pernah masuk skuad Jakarta Selatan dan tampil di Bali dan Bandung, termasuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di PKT Bontang dengan gemblengan bersama mantan pemain timnas Fachri Husaini dan Sumardi.
Bahkan, Iman pernah bermain di luar negeri saat memperkuat tim Castrol Indonesia menghadapi tim Thailand dan Singapura, hingga jodoh mempertemukannya dengan salah satu maestro sepakbola dunia David Becham yang kala itu masih bersinar dan diundang sebagai bintang tamu.
Tidak hanya cabang sepakbola, Iman juga sempat berkarier di cabang olahraga futsal. Tercatat, Iman pernah memperkuat Samarinda, Kaltim, di Liga Futsal Nasional dan masuk final di Jakarta.
Iman yang hobi berolahraga, memang punya semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah dalam menggapai cita-citanya. Semua itu memang bukan tanpa sebab. Iman merasa termotivasi dengan semangat juang Jusuf SK dan Marthin Billa dalam memperjuangkan lahirnya Provinsi Kaltara.
“Aku sangat cinta betul sama beliau (Jusuf SK,Red.). Beliau sosok yang terbaik di Kaltara untuk memimpin Kaltara,” ujar Iman mengungkapkan kekagumannya terhadap Jusuf SK dan Marthin Billa.
Baginya, sosok Jusuf SK dan Marthin Billa merupakan orang tua sekaligus tokoh motivasi yang diyakininya mampu mendongkrak kemajuan Kaltara di segala bidang, khususnya bidang olahraga. Pemikiran Iman cukup sederhana dan bisa dicerna, karena kedua tokoh tersebut sudah menunjukkan bukti nyata kala memimpin Tarakan dan Malinau.
“Orang tidak perlu tanya bagaimana Tarakan. Orang sudah tahu bagaimana Tarakan selama dua periode,” imbuhnya.
Kedua tokoh tersebut juga membuktikan perjuangan mereka yang tak kenal menyerah dalam melahirkan Provinsi Kaltara.
“Perjuangan dia selama 12 tahun untuk Kaltara bukan sebentar, tapi lama. Orang-orang di Kaltara tidak tutup mata, makanya kalau kita tidak bantu beliau, ibaratnya dia tanam buah, begitu masak, masa kita yang mencicipi? Mereka dulu-lah yang mencicipi,” tuturnya.
Iman sendiri selalu berdoa untuk Jusuf SK dan Marthin Billa agar bisa memimpin Kaltara. Doa itu bahkan pernah ia panjatkan di depan Kabah saat mendapatkan kesempatan umrah.
Selain selalu berdoa, Iman juga terus merealisasikan nazarnya untuk mendukung Jusuf SK–Marthin Billa dengan melakukan lari 10 kilometer rutin seminggu sekali dengan rute Ladang, Lingkas Ujung, Boom Panjang, dan Markoni sebelum kembali ke Ladang.
Iman juga punya cita-cita besar lainnya yang akan dilakukannya jika Jusuf SK – Marthin Billa mendapat amanat dari rakyat untuk memimpin Kaltara dengan berolahraga tiratlon, yakni berenang mengarungi laut dari Sebatik (Indonesia) ke Tawau (Malaysia), dilanjutkan berlari sejauh 10 kilometer disambung bersepeda atau gowes hingga finis di Kunak.(***/mrs/asa)