Akhirnya Terjawab Juga

- Jumat, 11 Januari 2019 | 13:55 WIB

SAYA pernah melihat sendiri, bagaimana dengan santainya warga membuang sampah ke laut. Saya juga pernah diperlihatkan, bagaimana prosesi warga membuat sampah di laut dengan berperahu. Saya juga pernah melihat banyaknya sampah yang hanyut di laut. Seakan lautan adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Saya mau bilang apa?

Bagaimana dengan di daratan. Saya berkeliling Pulau Derawan. Berkeliling di sekitar lapangan sepak bola. Aromanya menyengat. Sekitar lapangan, di kelilingi sampah. Baik terbungkus, maupun tercurai. Banyak sekali. Saya mau bilang apa?

Ada alat pembakar sampah, yang berdiri di sela-sela rumah penduduk. Alat yang harganya mahal. Tapi, tak bisa digunakan. Alasannya tidak ada izin, juga tidak memenuhi syarat. Loh, kenapa alat ini dibeli. Mengapa alat ini ditempatkan di Pulau Derawan yang tidak terlalu luas itu. Jadi monumen saja. Saya mau bilang apa?

Waktu itu ada kelompok Patriot Negeri yang membentuk tim yang membicarakan bagaimana mengatasi sampah. Ada yang mengusulkan untuk dibakar. Ada yang mengusulkan membuat TPA di bagian tengah pulau. Dari segi lingkungan, juga tidak memenuhi syarat. Khawatir kualitas air akan terganggu.

Wakil Bupati Agus Tantomo, turun langsung bersama warga. Mencari jalan terbaik. Sempat mengusulkan agar mesin pembakar sampah difungsikan. Apa bedanya, antara dibakar melalui mesin dengan dibakar secara terbuka. Toh sama-sama mencemari lingkungan. Bahan yang dibakar sama.

Sempat terucapkan, agar sampah diangkut keluar. Diangkut menggunakan kapal.  Sebelumnya, sampah dikemas dengan kantong plastik. Menuju Tanjung Batu. Dari Tanjung Batu, kemudian diangkut lagi dengan truk menuju TPA. Tapi, duitnya dari mana?

Persoalan sampah memang menjadi momok bagi pulau wisata. Bukan hanya di Derawan tapi juga di Maratua. Di Maratua justru lebih hebat lagi, sampah yang mengelilingi pantai, berasal dari Malaysia. Kok tahu? Coba telisik sampah plastiknya. Ada tulisan Made in Malaysia. Hahahah. Jangankan makanannya, sampahpun diselundupkan. Itu gurauan warga Maratua.

Sampah terus bergerak mengikuti pergerakan arus air laut. Akhirnya masing-masing resor menghalanginya dengan jaring. Ampuh juga cara itu.  Tapi, setiap musim utara, sampah gelap itu datang lagi.

Kembali ke Derawan. Bayangkan, produksi sampah setiap harinya sekitar 800 kilogram. Itu tahun lalu. Mungkin sekarang semakin bertambah. Bayangkan bila jumlah itu bertumpuk-tumpuk berhari-hari. Mau jadi apa pulau itu. Masa kita ingin melihat wisatawan berjalan kaki, semuanya memakai masker.

Akhirnya warga memahami semuanya. Memahami sedang berhadapan dengan musuh yang perlu segera dilawan. Tak ada pilihan lain, sampah apapun bentuknya harus diangkut keluar pulau. Istilah warga, harus diekstradisikan.  Sudah terlalu lama diberikan “suaka” di pulau. Tidak ada ampun lagi.

Dibawah komando Pak Bahri, sang kepala kampung dan semua tokoh masyarakat, memutuskan segera “perang” dengan sampah. Konsekuensinya, harus keluar dana. Mulai dari pembelian kantong plastik, pembelian tong sampah, sama kapal dan sewa mobil di Tanjung Batu. Juga upah.

Memang tidak tiap hari. Setahu saya, dua atau tiga kali seminggu. Sampah yang sudah dikemas, dinaikkan ke kapal kemudian dibawa menyeberang menuju Tanjung Batu. Di dermaga Tanjung Batu, sudah disambut oleh petugas dengan menggunakan truk. Truk ini yang membawa ke TPA.

Bulan pertama melakukan “ekstradisi”, memang tiap hari. Sampahnya banyak sekali. Tapi bulan berikutnya, volumenya berkurang. Lama-lama tuntas juga.  Tak ada lagi tumpukan sampah sekitar lapangan bola. Tak ada lagi aroma yang menyengat.  Betul-betul gerakan sapu bersih.

Akhirnya terjawab juga. Hebat kepala kampung. Hebat tokoh masyarakat.  Petugas kebersihannya juga hebat. Warga Derawan seluruhnya juga hebat-hebat. Tak ada lagi wisatawan yang mengeluh lewat media sosial. Sekarang warga sudah saling mengingatkan. Untuk sama-sama menjaga kebersihan.

Hiu paus dan wisatawan yang menyelam juga merasa bahagia. Sebab, tak lagi melihat sampah berceceran di laut. Bersih sebersih-bersihnya. Bagaimana soal dana? Pak Bahri tinggal usulkan lagi. Kalau urusan kebersihan pulau, pasti Pak Bupati dan Pak Wabup sangat setuju. Apalagi saya, hehehe setuju sekali.(mps/app)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X