Ancur Paddas Minggu Pagi

- Senin, 28 Januari 2019 | 13:44 WIB

SAYA ingin menyapa teman-teman Garuda Indonesia yang tugas di Berau. Selamat merayakan ulang tahun ke-70, Sabtu (26/1).  Penerbangan reguler dari dan ke Bandara Kalimarau dimulai sejak bulan Agustus 2013. Lumayan lama memberi layanan. Semoga tahun ini, pesawat jenis  Boeing NG-800 bisa masuk menggantikan jenis pesawat Bombardier CJR 1000.

Minggu (27/1) pagi, sebetulnya tidak ada janjian dengan teman-teman, utuk bersama-sama ke lapangan Pemuda. Ada apa? bukankah wilayah Car Free Day (CFD) dilaksanakan di Jalan A Yani (tepian). Janjian menemui Pak Erson Susanto, seniman muda kreatif. Di hari libur minggu, Pak Erson memilih untuk jualan bubur. Bubur khas Berau, namanya Ancur Paddas.

Sekadar catatan, bahwa Ancur Paddas, salah satu kuliner khas Kalimantan Timur. Empat yang lainnya adalah Nasi Bekepor, Gangan Asam, Gence Ruan (Kutai), Gammi Udang (Bontang) dan Ancur Paddas yang ada di Berau.

Tampilannya, mirip dengan Bubur Pedas yang ada di Kalimantan Barat. Di Pontianak, Bubur Pedas Pak Ngah yang ada di Jalan Pangeran Nata Kusuma, sangat terkenal. Bubur Pedas, bagian dari kuliner Melayu yang namanya  Bubbor Paddas.

Mungkin karena gerimis, sehingga banyak teman yang tidak datang.  Atau mereka datang setelah saya pulang. Tiba sekitar pukul 07.20 Wita, mulanya sempat bingung.  Sebab, petunjuk Pak Erson jualan di Jalan Mangga I. Infonya betul, tapi tidak menyebut posisi di dalam halaman Lapangan Pemuda.

Sudah ada sepasang keluarga yang asyik duduk melantai beralaskan tikar rotan di tribun lapangan. Sudah lebih dahulu menikmati Ancur Paddas. Ketika saya tiba, saya tidak langsung memesan  menu utamanya. Tapi, saya pesan Kopi Gula Tebu (KGT). KGT ini racikan Pak Erson. Dia tidak menggunakan gula putih atau gula coklat. Tapi, gula tebu cair.“Enak juga Pak Erson, kopinya”

“Ini kan saran bapak yang saya praktikkan” kata Erson tersenyum.

Asyik kopinya. Pas gerimis lagi. Ada Ibu Tia, yang tinggal di Jalan Manggis datang membawa rantang. Ia masih mengenakan daster berwarna merah.”Untuk sarapan keluarga di rumah,” kata Bu Tia. Ia dilayani oleh Istri Pak Erson. Sementara Pak Erson, berbincang dengan saya dan tamu yang lebih dahulu tiba. Dan, menyusul pembeli lainnya, satu persatu.

Kata Pak Erson, di Gunung Tabur dan Tanjung Redeb banyak yang bisa membuat Ancur Paddas. Bahkan di Rumah Makan Lapputa di Jalan Murjani, juga menyediakan menu ini. Memang, beda Koki beda rasa. Ada yang menggunakan sayuran kangkung. Tapi, buatan Pak Erson, bahan campurannya daun dan buah labu. Juga ada daun dan kacang panjang. Namanya Ancur Paddas, hehe tapi tidak Paddas banget.

Saya menikmati, setelah KGT sudah separoh. Saya santap pelan-pelan. Sambil membayangkan rasa apa saja yang ada dalam kandungan Ancur Paddas. Sementara topping-nya, ada bawang goreng. Nah, bahan yang satu ini memberi kekhasan rasa, yakni daging kerang tumis.  Ini yang membuat Ancur Paddas semakin menggoda rasanya.

Menurut Erson, Ancur Paddas yang menjadi kuliner khas Kalimantan Timur, memang pernah juara pada lomba masakan tingkat Provinsi. Sayangnya, karena faktor kesulitan membuatnya yang sedikit rumit, sehingga tak banyak yang menjadikan menu khusus di rumah makan. “Di Gunung Tabur, ini jadi sajian yang tak bisa ketinggalan,”kata Erson.

Pak Erson memang hebat.  Seniman yang aktif melalui sanggar yang ia pimpin. Selain memperkenalkan budaya Berau lewat kreasinya, juga terus bekerja untuk mengenalkan salah satu kuliner khas Berau. Kuliner Berau cukup beragam. Di wilayah pesisir lain lagi cita rasa dan tampilannya.  Di Derawan dan Maratua juga demikian. Di wilayah pedalaman, juga ada kuliner khas masing-masing.

Awalnya Erson menjajakan di sekitar rumahnya di Gunung Tabur.  Tapi, ia memahami, bagaimana sulitnya pelanggan yang tinggal di Tanjung Redeb.  Lumayan jauh berputar. Iapun, dengan menggunakan mobil yang baru ia beli untuk usaha, berencana berjualan di sekitar Lapangan Pemuda. Aksesnya lebih mudah.

Tidak terasa, saya sudah hampir dua jam berbincang (mengganggu) kesibukan Pak Erson. Kopi Gula Tebu tidak tersisa. Ancur Paddas juga habis, kecuali tersisa sepotong daging kerang. Enak. Enak sekali. Saya harus pamit pulang, setelah membayar Rp 20 ribu. Rp 15 ribu untuk Ancur Paddas, Rp 5 ribu Kopi Gula Tebunya. Selamat berjuang Pak Erson. Minggu depan, saya datang tidak sendirian lagi. (mps/app) 

 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB
X