Pemilik THM Rutin Bayar Pajak

- Minggu, 31 Maret 2019 | 16:27 WIB

KEBERADAAN THM ternyata memiliki dampak positif dan negatif bagi warga sekitar lokasi THM, dan pemerintah. Pasalnya, keberadaan THM juga membawa berkah bagi pedagang kelontong di sekitar klub malam.

Indah, salah seorang pemilik warung sekaligus warga yang tinggal di sekitar salah satu THM di Tanjung Redeb, ini menuturkan warungnya tak pernah sepi dalam 24 jam, khususnya pada malam hari yang biasa didatangi pembeli dari sejumlah wanita penghibur untuk berbelanja.

“Ya lumayan pemasukan, apalagi kalau ada yang mabuk, mereka kadang tidak mau ambil angsulannya. Kalau habis beli sesuatu langsung pergi aja,” ujarnya.

Ia pun mengaku tidak masalah THM di dekat rumahnya itu beroperasi selama tidak membuat hal-hal yang mengganggu ketertiban umum. Menurut Indah, keberadaan THM sebenarnya tidak mengganggu, selama para wanita penghibur itu tidak menampakkan auratnya di luar THM.

Sementara itu, Titi, pemilik Buana Cafe saat dihubungi Berau Post, mengaku telah menggeluti bisnis tersebut selama 15 tahun, dan ia pun mengaku lupa bagaimana proses pengurusan surat izinnya. “Aduh saya sudah lupa, itu THM sudah berumur 15 tahun, dan saya selalu membayar pajak tepat waktu,” ujarnya saat dihubungi melalui ponselnya.

Ia yang saat ini berdomisili di Samarinda, menuturkan bahwa dirinya tidak terlalu memonitor aktivitas THM miliknya itu, karena dia sudah menunjuk orang kepercayaan untuk mengelolanya selama ini. Bahkan, diakuinya jika THM yang berada di Jalan H Isa III tersebut tak lama lagi akan ditutupnya.

“Itu sudah mau saya tutup, alasannya tidak perlu kamu tahu,” jawab dia saat ditanya Berau Post.

Sementara di Tembudan, Kecamatan Batu Putih, sebuah lokalisasi yang telah dihapus pada 2016, hingga kini diduga masih beroperasi walaupun secara sembunyi-sembunyi. Hal itu diakui Kepala Kampung Tembudan, Nuriman. Ia mengatakan setelah penertiban lokalisasi tersebut sejak beberapa tahun lalu, masih ada saja warga yang melaporkan praktik prostitusi di tempat itu kepada pihaknya. “Sepertinya begitu. Yang masih bertahan itu kayaknya orang lama juga. Mereka beroperasi secara sembunyi-sembunyi,” ungkapnya.

Ia mengatakan telah beberapa kali melakukan pemeriksaan di lokalisasi itu bersama aparat terkait. Karena dari laporan warga menyebut masih ada prostitusi terselubung. Tapi ketika dilakukan pemeriksaan, pihaknya tidak pernah menangkap basah praktik seks komersial di lokalisasi tersebut.

“Setiap kita cek aktivitasnya di sana, tidak ada. Sementara saat kita pergi, mereka muncul lagi. Memang info razia selalu bocor,” ujarnya.

Dari penelusuran Berau Post, setidaknya ada sekitar 5 tempat hiburan malam yang masih beroperasi di Tembudan sampai sekarang. Satu di antaranya berada di kilometer 14 yang merupakan jalan poros Berau-Samarinda dikabarkan jadi lokalisasi terselubung.(tim investigasi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X