Membangun Wisata Kota yang Memberdayakan

- Selasa, 23 April 2019 | 13:22 WIB

PEMBANGUNAN adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan juga merupakan proses transformasi ekonomi, sosial dan budaya melalui serangkaian kebijakan beserta implementasinya. Fungsi pembangunan nasional secara sederhana adalah melaksanakan tugas pertumbuhan ekonomi, tugas perawatan masyarakat dan tugas pengembangan manusia. Pembangunan dalam rangka melaksanakan tugas pertumbuhan dan perubahan merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

 

Pemberdayaan menurut para ahli adalah menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat guna meningkatkan keterampilan mereka dalam pengambilan keputusan dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mempunyai dampak pada kehidupan masa depan. Pemberdayaan juga memiliki pengertian meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasikan potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat.

 

Wisata Kota merupakan konsep atau gagasan untuk mengeksplorasi potensi dan sumber daya, dikelola secara partisipatif, dielaborasi secara maksimal sehingga menghasilkan daya tarik wisata guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam proses menyiapkan kawasan agar memiliki daya tarik wisata setidaknya harus bisa menjawab pertanyaan : What to See (obyek dan atraksi), What to Do (fasilitas yang membuat wisatawan betah tinggal), What to Buy (fasilitas belanja), What to Arrived (akses transportasi), What to Stay (fasilitas tempat tinggal sementara seperti hotel dll). Jadi yang harus ada dalam kawasan wisata adalah atraksi, aksesibilitas dan fasilitas.

 

Maka perlu dibuat peta jalan (strategi) guna mengimplementasikan, termasuk menentukan sasaran. Sasaran utama program ini adalah masyarakat yang menjadi lokus utama kegiatan, namun demikian dalam implementasinya intervensi program harus dilaksanakan secara terintegrasi dengan destinasi wisata yang sudah berjalan seperti wisata keraton, etnik, sejarah dan seni-budaya yang berada di Sambaliung dan Gunung Tabur. Karena membangun kawasan wisata merupakan investasi jangka panjang, tidak bisa menjadi program yang berdiri sendiri dengan area tunggal. Membangun kawasan wisata harus dilakukan secara terintegrasi dengan semua kawasan yang punya potensi.

 

Sebagai lokus utama program maka masyarakat berperan sebagai subjek dan objek program, sebagai subjek masyarakat harus partisipatif dan sebagai objek warga harus terbuka menerima perubahan yang akan terjadi. Maka perubahan yang akan dilakukan harus sejalan dengan nilai-nilai yang sudah berlaku seperti nilai keagamaan, budaya dan kearifan lokal yang dianut masyarakat.

 

Sasaran berikutnya intervensi kebijakan. Meskipun proses pembangunan dilakukan dengan melibatkan banyak pihak, namun demikian tanggung jawab utama pelaksana pembangunan ada di pundak pemerintah. Maka diperlukan usaha secara sistematis agar kegiatan membangun kawasan wisata bisa masuk program pemerintah, masuk dalam kebijakan pemerintah. Kebijakan (policy) berbeda dengan kebijaksanaan (wisdom/kearifan). Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Kebijakan berorientasi pada masalah dan tindakan menyelesaikan masalah tersebut. Secara sederhana, program membangun wisata kota harus masuk dalam arah kebijakan dan program prioritas pemerintah.

Selanjutnya, strategi pelaksanaan. Strategi yang pertama adalah partisipasi. Partisipasi diperlukan untuk merumuskan masalah dan kebutuhan secara bersama guna mencari konklusi dengan melibatkan sebanyak mungkin pihak terkait agar mereka bisa memberikan peran serta secara berkelanjutan. Dalam proses ini masyarakat diarahkan untuk mampu (berdaya) dan mandiri, tidak ada eksploitasi dan dominasi. Kepemimpinan dalam proses ini bersifat fasilitatif.

 

Strategi yang kedua adalah kolaborasi. Sasaran program ini adalah masyarakat, bukan individu. Tujuan dan proses kerjanya pun bersifat kolektif. Karena itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara kolaborasi, bekerja bersama melaksanakan ide dan gagasan bersama. Membangun rasa saling pengertian dalam sebuah sistem yang kompleks serta mewujudkan tanggung jawab sesuai peran masing-masing pihak. Jadi yang ditekankan dalam kolaborasi ini adalah kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, saling memberi manfaat, kesetaraan dan tanggung jawab antar berbagai pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

Strategi yang ketiga adalah integrasi. Konsep wisata yang dibangun tidak berdiri sendiri, konsep yang dibangun harus terintegrasi baik kawasannya maupun produk pariwisatanya. Kekayaan etnik, sejarah, seni-budaya, keraton, wisata alam, kampung batik, merchandise dan semua potensi wisata dibuat desain perencanaannya secara komprehensif, terintegrasi dan berkesinambungan. Semua bagian harus link (terhubung) dan match (cocok).

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Arus Balik Lewat Laut di Samarinda Menurun

Selasa, 16 April 2024 | 18:07 WIB

Drainase di Jalan Juanda Dikerjakan Bertahap

Selasa, 16 April 2024 | 18:00 WIB

Rp 11 M untuk Perbaikan Jalan Sungai Buntu

Selasa, 16 April 2024 | 17:15 WIB

Arus Balik Lewat Laut di Samarinda Menurun

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

Di Kutai Barat, Pertalite Lebih Mahal dari Pertamax

Selasa, 16 April 2024 | 16:30 WIB

BKPSDM Balikpapan Pantau Hari Pertama Kerja

Selasa, 16 April 2024 | 15:00 WIB

Tim Respons Brimob Padamkan Karhutla

Selasa, 16 April 2024 | 12:15 WIB

Tabrak Truk, Pengemudi Motor di Bontang Meninggal

Selasa, 16 April 2024 | 09:04 WIB
X