Mendidik Generasi Z di Zaman VUCA

- Selasa, 14 Mei 2019 | 14:09 WIB

BAGI guru, mendidik dan mentransfer ilmu merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan, dan kegiatan ini utama dilakukan dalam dunia pendidikan. Berbagai karakter dan pola peserta didik yang berasal dari generasi Z, harus mereka imbangi dan taklukkan dengan kesabaran dan ketekunan demi tercapainya tujuan pendidikan.

Siapakah generasi Z ini? Generasi Z adalah mereka yang dilahirkan pada rentang tahun 1995 hingga 2010, yang sekarang berusia sekitar 9 – 24 tahun. Generasi Z juga dikenal dengan sebutan Generasi NET, sebab mereka lahir di saat internet telah berkembang pesat dalam kehidupan manusia.

Masa di mana orang dewasa, remaja, anak-anak, bahkan bayi sudah dikenalkan dengan benda yang disebut gadget atau handphone. Sehingga anak-anak menjadi lupa akan kewajibannya seperti belajar, ibadah, bahkan hampir tak pernah lagi bermain di luar ruangan, akibatnya kurang bisa bersosialisasi dan melatih motoriknya. Terlahir di Era Digital membuat generasi Z tidak kenal masa di mana tanpa  internet.

Penulis mengutip dari kumparan.com buku karya Psikolog Elizabeth T. Santosa yang berjudul ‘Raising Children in Digital Era’ menyebutkan tujuh karakter generasi Z, di antaranya memiliki ambisi besar untuk sukses karena semakin banyaknya role model yang mereka idolakan, cenderung berperilaku instan dengan melakukan pemecahan masalah yang praktis, hingga enggan meluangkan waktu panjang untuk memecahkan atau mencermati suatu masalah, suka kebebasan dalam berpendapat, berkreasi, berekspresi dan tidak suka diperintah.

Generasi Z juga memiliki kepercayaan diri dan optimistis yang tinggi, menyukai hal yang detail dan kritis yang dapat dilihat dari cara mereka  mencermati suatu permasalahan lalu searching melalui google engine, hingga mereka mengetahui berbagai informasi detail tentang permasalahan tersebut, keinginan untuk mendapatkan pengakuan/ penghargaan, dan mahir dalam penggunaan digital dan teknologi informasi dengan seluruh aspek dan fungsinya. Mereka juga lebih banyak berkomunikasi di media sosial dan berselancar di jagat dunia maya yang mengakibatkan kurangnya interaksi langsung dan kemampuan komunikasi publik menjadi rendah.

Namun bagaimana hendaknya pendidik berada pada zaman VUCA (Volatility, Uncertainty Complexity and Ambiguity alias era bergejolak, tidak pasti, kompleks dan tidak jelas) dalam menghadapi siswa yang berasal dari generasi Z atau Generasi NET?

Ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi pendidik zaman VUCA untuk dapat memupuk kesabaran, dan ketekunan dalam memerhatikan karakter dan pola peserta didik mereka. Sebagaimana telah disebutkan di atas, beberapa contoh karakter peserta didik dari generasi Z ini.

Dari karakter tersebut, pendidik hendaknya dapat mengimbangi pola dengan beberapa upaya di antaranya menghindari meminta peserta didik untuk membaca buku dalam jangka waktu yang cukup lama, atau meresume suatu materi, hindari pola mengajar yang teoritis meski generasi Z ini tetap harus diajarkan memahami konsep proses, daya tahan dan komitmen dalam menyelesaikan masalah.

Selain memperoleh nilai dan ijazah, sebagian besar generasi Z ini tidak mengetahui makna belajar, maka perlu bagi pendidik untuk memberikan gambaran mengapa mereka harus belajar, kenapa harus mempelajari mata pelajaran Agama, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan lain-lainnya, tidak hanya sebagai kewajiban tetapi juga manfaat di masa yang akan datang. Jika perlu berikanlah contoh konkret.

Dengan melekatnya gadget pada generasi Z, maka kemampuan mendengar dan mengaktifkan kelas dengan tanya jawab, menceritakan hal-hal yang menarik perhatian dan memotivasi mereka. Dalam menghadapi generasi Z, pendidik di zaman VUCA harus melek teknologi, rajinlah meng-update dan mengakses berita-berita terbaru tentang pendidikan dan perkembangan dunia ala generasi Z, gunakan IT dalam pembelajaran, gunakan platform atau aplikasi kekinian, quiz, gim, lagu, film, dan lain-lain dalam menyampaikan materi. Pengerjaan tugas menggunakan internet dan benda-benda digital sangat berperan bagi peserta didik, maka gunakanlah sebisa mungkin.

Ada kalanya pendidik perlu melakukan pendekatan personal, jangan sungkan untuk mendekati peserta didik meski hanya sekedar menyapa, menanyakan kabar, selain itu pendidik dapat mengetahui kesulitan peserta didik, bagaimana cara belajarnya, adanya open-minded antara pendidik dan peserta didik tidak hanya dalam pembelajaran bahkan berkaitan dengan pribadi mereka.

Jadilah pendengar yang sabar, biarkan mereka bercerita, perlakukan generasi Z ini seperti orang dewasa sehingga mereka bebas menyampaikan pendapatnya. Pendidik dapat menjadi mediator bahkan motivator bagi mereka.

Hindari membentak dan memerintah maka dalam rangka meningkatkan kompetensi peserta didik, pendidik harus memberikan penjelasan yang logis dan contoh konkret. Jangan sampai menjatuhkan kepercayaan diri para generasi Z ini. Berikanlah berita baik dan harapan yang positif bagi mereka. Sesekali berikan reward baik berupa pujian ataupun dalam bentuk hadiah.

Maka jadilah pendidik yang bersahaja, dapat menjadi inspirator, dan motivator bagi peserta didik generasi Z di zaman VUCA agar mereka dapat melihat dan memetik nilai-nilai baik yang diberikan dan dicontohkan oleh gurunya. (*/sam)

 

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X