Peredaran Uang

- Rabu, 15 Mei 2019 | 16:45 WIB

HARI kesembilan bulan puasa, tak menyusutkan warga untuk datang ke sejumlah lokasi yang menyediakan takjil, maupun masakan siap santap. Agaknya, selama Ramadan, kecenderung warga lebih memilih berbelanja di pasar Ramadan. Lebih cepat dan tinggal menyesuaikan selera.

Selama sembilan hari itu pula, saya juga tak pernah berhenti untuk berkeliling ke banyak tempat yang menyediakan takjil dan masakan siap santap. Saya tak lagi penasaran dengan sayur santan pucuk labu, sebab setiap penjual yang saya tanyakan, kesulitan mendapatkan si pucuk labu itu.

Hari Senin (13/5), saya mendapatkan 3 tempat yang menjual sayur santan. Jenis sayuran itulah yang saya cari selama ini. Akhirnya saya beli juga, meskipun dalam komposisi sayuran yang tenggelam di balik warna kuning santan itu, tak terlihat warna hijau daun labu. Tak masalah, daun labunya (pucuk labu) sambil dibayangkan saja.

Yang saya pikirkan, sebetulnya berapa banyak uang yang beredar selama bulan puasa. Hanya untuk berbelanja takjil dan masakan siap santap atau siap saji itu.

Tidak terlalu sulit untuk menghitungnya. Saya dapat gambaran, di hari pertama saja, Pak Bakri yang menjual bingka kentang bisa mendapatkan omzet Rp 18 juta. Hari-hari berikutnya, entah berapa banyak, saya tidak pernah bertanya lagi. Tapi, petak tempat Pak Bakri jualan, tak pernah sepi.

Sempat saya cermati, pola konsumen dalam berbelanja di Pasar Ramadan. Rata-rata berbelanja lebih dari 3 jenis. Baik takjil maupun masakan untuk berbuka puasa. Terutama jenis sayuran yang hampir semua warga yang datang, pasti berbelanja sayuran. Sayur beningnya yang selalu menggoda. Kandungan gizinya juga tinggi.

Jadi, bila seluruh penjual yang menempati petak yang disiapkan di halaman masjid Agung Baitul Hikmah saja, dalam sehari rata-rata omzetnya antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta, bisa dihitung berapa uang yang beredar setiap harinya. Dengan jumlah penjual lebih dari 100 orang. Luar biasa. Itu baru di halaman masjid.

Pasar Ramadan, juga disiapkan untuk warga yang tinggal sekitar kawasan Jalan Milono. Ada yang di dalam halaman , ada pula beberapa yang di luar halaman parkir. Jumlahnya sekitar 35 penjual. Pengunjungnya juga padat. Ada yang khas, seperti pisang ijo, ada roti canai, untuk jenis lainnya seperti lumpia dan risoles, hampir sama dengan yang ditawarkan di halaman Masjid Agung. Penghasilannya juga hampir sama.

Lokasi lainnya, seperti di Jalan Kapten Tendean, ada dua penjual yang berseberangan tempat. Sejak pukul 15.00 Wita, sudah ramai dikunjungi. Setiap hari ada 5 jenis sayuran. Serta belasan masakan siap santap. Ikan bakar, pepes patin, juga ada beberapa jenis ikan asin yang ditumis asam. Semuanya mengundang selera. Dua penjual yang di Jalan Kapten Tendean ini, penghasilannya juga tidak kurang dari Rp 3 juta setiap harinya. Juga penjual yang ada di Gunung Tabur, Sambaiung dan Teluk Bayur.

Sepanjang Jalan AKB Sanipah, yang didekat rumah saya, juga di Jalan Pulau Derawan, Jalan Murjani II dan III, penjual takjil dan masakan jadi, jumlahnya belasan.  Kebetulan lokasinya di kawasan padat penduduk, sudah bisa dibayangkan omzet yang didapatkan setiap harinya lumayan besar.

Ada juga kelompok warga yang memilih untuk berbuka puasa di warung tenda, maupun kawasan kuliner Jalan Ahmad Yani dan Jalan Pulau Derawan. Tak jauh dari Masjid Raya, sehingga usai buka puasa, lanjut Salat Magrib. Setelah salat, dilanjutkan lagi dengan menu makanan berat.

Bulan puasa, membawa berkah bagi para penjual makanan. Warga juga sangat terbantu, sebab suasana seperti itu, hanya bisa didapatkan ketika Ramadan tiba. Tak bisa lagi dikaitkan dengan saat gajian bagi karyawan swasta maupun pegawai negeri. Bila perlu, di bulan yang suci ini, rela mengeluarkan sedikit tabungan.

Suasana yang sama juga dirasakan warga yang kebetulan tidak menjalankan puasa. Kegiatan berbelanja di Pasar Ramadan, memberi suasana tersendiri. Ada yang selalu mencari langganannya yang bulan puasa sebelumnya, ada pula menemukan langganan baru. Seperti penjual risoles yang ada di petak 22, tak pernah berjualan lebih dari 2 jam, sudah habis. Bahkan bisa order online.

Lalu, berapakah jumlah uang yang beredar selama bulan puasa. Saya tak bisa menyebut angka pasti. Tapi, percayalah, jumlahnya sangat besar. Mungkin jumlah pembeli akan lebih banyak lagi, bila petugas kesehatan ikut meyakinkan kepada konsumen, bahwa semua yang dijajakan adalah layak konsumsi. Seperti yang dilakukan petugas kesehatan di Tarakan, Provinsi Kaltara. Selamat menjalankan ibadah puasa. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X