Menangis Dalam Hati

- Jumat, 24 Mei 2019 | 14:23 WIB

 

ADA banyak infrastruktur yang ditinggalkan, pasca kegiatan penambangan batu bara milik Belanda Steenkollen Matchappy Prapatan (SMP). Wujudnya ada yang masih tersisa dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada juga yang bangunannya masih terjaga, tapi tidak dimanfaatkan.

Salah satunya adalah rumah sakit yang kini menjadi Puskesmas Teluk Bayur. Bila kilas balik perjalanan panjang, antara tahun 1912-1957, Puskesmas Teluk Bayur terbilang usia tua. Tak salah bila saya sebut, puskesmas salah satu dari sekian situs budaya yang ada di Teluk Bayur.

Ketika saya mengunjungi puskesmas itu beberapa hari lalu, saya lalu teringat seorang sahabat saya Almarhum Bang Zul (Zulkifli Haris). Saya ingat almarhum pernah bekerja di puskesmas ini, sebelum dipindahkan bertugas di Pasar Teluk Bayur. Dari almarhumlah, saya banyak dapat informasi sekitar puskesmas tersebut.

Ada seorang dokter, namanya dr Rina pernah bertugas di tempat itu. Kami sering kumpul di Teluk Bayur bersama almarhum Soehartono Soecipto dan almarhum dr Wasisto. Tiga orang inilah yang punya pemikiran besar dalam memajukan pembangunan di Kabupaten Berau. Pak Soehartono, kebetulan juga berasal dari Teluk Bayur.

Di tangan dr Rina, Puskesmas Teluk Bayur menempati masa kejayaannya. Bila tak salah, Teluk Bayur awalnya hanyalah kelurahan bagian dari Kecamatan Tanjung Redeb. Kemudian dimekarkan menjadi kecamatan. Teluk Bayur, juga terdiri dari dua kelurahan, yakni Kelurahan Rinding dan Kelurahan Teluk Bayur.

Secara administrasi, juga membawahi beberapa kampung, di antaranya Kampung Tumbit Melayu, Kampung Labanan Makmur, Labanan Jaya, dan Labanan Makarti. Saya ingat, teman saya Pak Munawar Halil, pernah menjadi camat. Bahkan, dari beberapa catatan yang saya pernah baca, Teluk Bayur pernah diusulkan menjadi ibu kota Kabupaten Berau.

Lumayan lama dr Rina bertugas di Teluk Bayur. Kabarnya sekarang, dr Rina bertugas di RSCM Jakarta. Saya pernah bertemu, ketika meninjau Rumah Sakit Otak di Jakarta. Yang akan ditiru bila Pemkab Berau membangun rumah sakit yang baru. dr Rina dan dr Tommy Adoe, juga hadir. dr Tomy juga pernah bertugas di Berau dan sekarang bertugas di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta.

Melihat perjalanan itu, harusnya Puskesmas Teluk Bayur yang beralamat di Jalan Kandang Muntik, lebih hebat dari puskesmas lain yang ada di daerah ini. Setidaknya, pertimbangan sejarah. Bukan itu saja, Teluk Bayur juga dikelilingi beberapa perusahaan pertambangan batu bara. Di mana, bila ada peristiwa luar biasa, tentu Puskesmas Teluk Bayurlah yang menangani terlebih dahulu. Sebelum dilakukan rujukan.

Saya ikut sedih, ada dua patung yang menjadi simbol keluarga berencana, patung suami istri dengan dua anak, juga nampaknya tak terurus. Tulisan pada sebuah beton berwarna putih, juga beberapa huruf sudah hilang dari tempatnya. Bahkan bila dibaca bukan Teluk Bayur tapi eluk ayu. Sedih melihatnya. Lalu, apa artinya perusahaan batu bara yang ada di sekitar Teluk Bayur bila tidak memberikan perhatian yang besar.

Perusahaan batu bara SMP milik Belanda saja, ketika melakukan kegiatan penambangan, semua menjadi perhatian. Ada fasilitas air bersih, listrik, ada kolam renang, ada bioskop dan puskesmas yang dulu sebutannya rumah sakit.

Tapi, itulah kenyataan yang ada. Mungkin pertimbangan jarak yang hanya 10 kilometer dari Tanjung Redeb, sehingga puskesmas yang menyimpan banyak kenangan dan sejarah, juga sebagai salah satu situs budaya itu tak mendapat perhatian dari perusahaan yang ada. Andai saja dr Rina, berkunjung lagi ke Berau dan melihat kondisi yang ada, ia pasti menangis dalam hati. Seperti saya, yang lebih dahulu menangis dalam hati. Selamat menjalankan Ibadah Puasa. (*/udi)

 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X