Tepi Jalan Rasa Mal

- Minggu, 26 Mei 2019 | 13:51 WIB

SEJAK lama banyak yang bertanya-tanya, mengapa Kabupaten Berau yang kini berpenduduk lebih dari 200 ribu jiwa, belum juga dibangun mal. Agaknya niatan itu pasti ada. Mungkin persoalannya, adakah yang berminat untuk membangun? Itu tinggal menunggu waktu.

Saya sering membahas dengan teman-teman, soal kehadiran mal itu tadi. Tapi, kesimpulannya bahwa pemerintah daerahlah yang paling tahu. Saya juga pernah berkelakar, bahwa status Pasar Sanggam Adji Dilayas itulah yang kita tingkatkan. Bukan lagi pasar tradisional, tapi menjadi pusat perbelanjaan. Yang layanannya sekelas mal. Nantilah mungkin dibahas secara khusus, mengapa mal belum juga hadir di Tanjung Redeb, sebagai ibu kota kabupaten. Toh, ada belasan petak baru yang berada di dalam kompleks pasar.

Yang ingin saya sampaikan, bagaimana suasana menjelang lebaran. Bagaimana suasana masyarakat memenuhi kebutuhannya dalam menghadapi hari raya itu. Khususnya memenuhi kebutuhan sandangnya. Andai saja ada mal, warga pasti lebih memilih ke mal ketimbang di tempat lain. Karena tak ada, tepi jalanpun tak masalah.

Jumat (24/5) malam, saya sengaja mampir di lapak milik Pak Ali, warga yang juga sudah saya kenal lama.   Beberapa hari sebelumnya, memang sudah punya niat untuk mampir, namun suasananya masih sepi.  Kemarin malam itu, pembeli mulai ramai. Banyak ibu-ibu yang menegur saya. “Om, mau belanja jugakah,” kata seorang ibu yang saya kenal bekerja di Warung Kopi Hoky di Jalan Niaga.

Saya tersenyum sambil melihat celana jins berwarna hitam. Pemiliknya, Pak Ali, juga menyapa saya dengan sebutan Om. Saya suka sebutan itu, itulah sapaan akrab dengan banyak orang yang saya kenal.

Saya tidak mau mengganggu Pak Ali, yang sibuk melayani pembeli. Walaupun di hampir semua celana jins yang ditawarkan sudah tertera nomor ukuran.  Tapi, banyak ibu-ibu yang mencoba dengan menyesuaikan lingkar pinggangnya. Ada juga yang menggunakan ukuran leher. Saya baru tahu, ternyata ukuran leher sama dengan ukuran pinggul.

Hampir setiap menjelang lebaran, atau sekitar 10 hari jelang Hari Raya, Pak Ali sudah mencarter tempat itu untuk jualan. Rasanya sudah 5 tahun terakhir. Tempatnya strategis. Tepi Jalan SA Maulana. Tempatnya terang, antara penerang jalan dan lampu khusus yang dipasang oleh Pak Ali.

Ada 5 orang yang dilibatkan Pak Ali untuk membantunya. Lahan yang digunakan tidaklah luas. Pemilik lahan ternyata berbaik hati, memberikan keleluasaan pada Pak Ali untuk berjualan. Mungkin juga tidak gratis.

Omzetnya pastilah besar. Setahu saya, Pak Ali ini juga punya petak jaualan di Pasar Sanggam Adji Dilayas. Kebaikan Pak Ali yang memilih mendekati konsumen. Daripada harus ke Pasar Sanggam Adi Dilayas pada malam hari. Saya tidak bertanya berapa harga jualnya. Saya hanya memperkirakan, sangat terjangkau.

Saya hanya bisik-bisik dengan salah seorang pembantunya, darimana asal celana jins yang dijual itu. “Rasanya dari Surabaya,Om,” kata salah satu pembantunya yang juga ikut-ikut menyapa saya Om. Besok-besok bisa berubah panggilan. Bukan lagi Daeng Sikra tapi Om Sikra. Hehehe.

Semua tentu bahagia, melihat antusiasme masyarakat berbelanja memenuhi salah satu kebutuhan Hari Raya Idulfitri. Termasuk saya, yang sangat bahagia. Saya ingat dulu, ketika masih berusia SMA, belum ada penjual celana jadi. Sehingga jelang lebaran, harus ke tukang jahit. Kadang-kadang, lebaran sudah lewat, jahitan celana belum selesai. Ya, lebaran pakai celana sekolah.

Bukan juga karena daya beli masyarakat rendah, karena lebih memilih jualan lapak dipinggir jalan. Andai saja ada mal, mereka juga pasti mengunjuni mal.  Masyarakat memang sudah mempersiapkan diri menghadapai lebaran. Mereka punya uang untuk berbelanja. Tak perduli walau berbelanja di pinggir jalan.

Dan, pada saat lebaran tiba. Saya dan banyak orang tak kenal lagi, bahwa celana atau baju yang dikenakan itu belinya di lapak tepi jalan. Saya sendiri sering berbelanja di tepi jalan. Bahkan, belanja celana jins yang dijual loakan atau celana bekas, Roma alias Rombengan Malaysia. Yang lokasinya hanya 100 meter di depan rumah saya. Tepi jalan, tapi rasa mal. Selama Menjalankan Ibadah Puasa. (*/udi)

 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB
X