ALHAMDULILLAH, dua hari ke depan umat Islam Insya Allah akan merayakan Idulfitri setelah menjalani puasa. Semua tentu gembira akan datangnya hari kemenangan. Walaupun ada suasana sedih, karena bulan Ramadan akan meninggalkan kita semua.
Sejak hari Sabtu (1/6), senyum para PNS sudah merekah akan menjalani libur panjangnya. Karyawan BUMN juga demikian. Saya membayangkan, dalam dua hari tersisa puasa ini, betapa sibuknya. Sibuk mencari baju baru untuk keluarga. Sibuk mempersiapkan segala keperluan Lebaran. Tentu di sela kesibukan itu, ada juga yang bersedih. Tak bisa kumpul dengan keluarga.
Ada yang tahun lalu, berlebaran dengan keluarga di lain daerah. Atau keluarga yang datang. Tahun ini, tak ada yang datang dan tak ada pula yang mengunjungi. Rasanya berbeda. Rasanya ada yang tak lengkap. Walaupun ada fasilitas media yang bisa menghubungkan dari jarak yang berjauhan.
Awak media juga akan menjalani libur panjangnya. Terhitung Senin (3/6) adalah hari penghabisan untuk memberikan informasi kepada pembaca Berau Post. Ada 60 lebih karyawan dan wartawan juga akan libur masuk kantor. Berau Post juga mengikuti irama libur nasional. Para wartawannya juga akan tersenyum. Sama dengan senyum PNS. Bedanya hanya gaji 13. Hehehehe.
Tapi, meski tak masuk kerja, para wartawan akan tetap merangkum berita, yang akan terbit pada saat libur berakhir. Mereka tetap dibebani pekerjaan, sesuai dengan tugasnya masing-masing. Ada yang liburan ke wilayah kecamatan, mereka juga berkewajiban mencermati situasi di mana dia berada.
Setelah lama bekerja, mesin cetak juga butuh istirahat panjang. Ketika operasi, mesin memang hanya bekerja selama satu jam lebih. Tapi, 4 orang operatornya, adalah karyawan yang hampir tak pernah melihat matahari terbit dan terbenam. Tanggung jawab kualitas koran, ada di tangan mereka.
Karena tak terbit, saya juga diberikan waktu sejenak untuk sedikit istirahat. Padahal, istirahat yang panjang itu, justru membuat tak nyaman. Gelisah ingin terus menulis, sama dengan kegelisahan para wartawan. Libur bagi wartawan, memang saat yang menggelisahkan. Apalagi wartawan muda yang gesit dan penuh semangat.
Minggu (2/6) siang, saya membuka Instagram. Lalu tertarik potongan berita yang dibagikan oleh Ketua Kadin Berau dengan nama Bungpiepit. ‘Menhub Minta Masyarakat Ikhlas Terima Kenaikan Harga Tiket Pesawat,’. Bung Piepit lalu berkomentar ‘ikhlas’ dengan huruf ‘s’ yang banyak. Iya, belakangan memang soal harga tiket jadi tren.
Banyak yang merencanakan berlebaran di luar daerah, memanfaatkan libur yang lumayan panjang itu. Kalau sendirian tentu tidak terasa. Bila berangkat bersama keluarga, lumayan juga. Ada juga teman saya yang tidak terlalu risau. Sebab, ia sudah pesan tiket sejak 6 bulan sebelumnya.
Saya juga ingin memanfaatkan libur panjang ini. Ingin pulang kampung. Ingin memanfaatkan momen Lebaran kumpul bersama saudara. Bila bertemu teman, saya sering mendapat pertanyaan “Lebaran di mana?” Saya jawablah “Lebaran di Berau saja.” Tapi, setelah salat Id dan bertamu ke rumah teman-teman, sore harinya saya berencana melanjutkan libur Lebaran di kampung.
Di saat koran ini terbit kembali seperti biasa, saya memulai lagi dengan catatan-catatan ringan. Kali ini kontennya juga ikut mengembara. Konten pulang kampung. Tak apalah, toh berbagi informasi itu juga merupakan pekerjaan mulia.
Saya lalu teringat, apa yang disampaikan penceramah yang juga masih muda usia, saat buka puasa di rumah Pak Wabup. Pak Ustaz justru membawa alam berpikir kita melayang. Ia menyinggung puasa yang sebentar lagi berakhir. Ada yang senang, ada juga sebaliknya. Ada penekanan, yang bisa menjadi renungan. Bisa jadi, kata Pak Ustaz puasa kali ini adalah Ramadan yang terakhir. Sebab, tak bisa dipastikan apakah Ramadan mendatang, masih bisa kita nikmati.
Akhirnya, dalam kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan selamat Idulfitri 1440 H, Maaf Lahir Batin. (*/udi)
