Satu Harga Tiga Rasa

- Jumat, 14 Juni 2019 | 16:08 WIB

TAK susah untuk menikmati Pisang Epe alias pisang gapit. Datang saja ke kawasan Pantai Losari, Makassar. Di tempat ini ratusan penjual yang beroperasi pada malam hari.

Setiap berjumpa dengan teman, saya selalu bertanya. Seberapa banyak sebetulnya pedagang yang berjualan Pisang Epe, khusus di sepanjang kawasan wisata Pantai Losari. Teman saya hanya menebak-nebak. Mungkin ratusan. Bila dihitung di luar kawasan Losari lebih banyak lagi jumlahnya.

Saya biasanya menikmati Pisang Epe di warung yang berjualan di atas trotoar sekitar Rumah Sakit (RS) Stella Maris. Sejak ada perubahan alur kendaraan, trotoar itu bebas dari kegiatan berjualan.  khusus pejalan kaki.

Karenanya, saya bergeser ke tempat yang lebih jauh. Lebih ke ujung selatan. Suasananya sama dengan yang ada di bagian utara, masih dalam kawasan Pantai Losari.

Saya tidak langsung mengarah ke satu tempat. Sambil berjalan, penjualnya menawarkan mampir ke tempat mereka. Menjulurkan kedua tangannya menunjuk ke arah kursi. Maksudnya, mampir ke tempatnya. “Mariki pak” kata sang penjual. Saya hanya mengangguk dan tersenyum.

 

Menikmati proses itu, ternyata capek juga berjalan kaki. Masih banyak lagi penjual hingga di ujung terakhir. Lalu, saya pilihlah mampir di satu penjual. Penjualnya wanita muda berbaju merah. Lincah lagi.

Walaupun kami berempat, namun hanya memesan dua porsi Pisang Epe. Satu porsi berisi tiga biji pisang yang telah dibakar dan dijepit.

Sambil menyiapkan pesanan, saya mencermati deretan penjual Pisang Epe tersebut. Tak ada suara musik. Walaupun hanya satu atau dua orang pembeli, hampir semua penjual dikunjungi pelanggan. Tak jauh beda dengan deretan warung yang ada di sepanjang Tepian Segah, Jalan Ahmad Yani di Berau.

Sempat juga berembus kabar bahwa soal harga jual tidak seragam. Bagi pendatang, biasanya dikenakan harga yang lebih mahal. Sama dengan kabar yang berembus di Tepian Segah. Saya lalu diam-diam melacak.

Saya berjalan ke beberapa penjual lainnya. Saya menanyakan berapa harga Pisang Epe. Jawabannya seragam, satu porsi Rp 15 ribu. Saya pindah lagi ke tempat lainnya, dan berbicara dengan aksen bukan penduduk lokal. Juga jawabannya sama. Berarti tidak betul kabar itu.

Yang berbeda adalah rasa. Ketika memesan, maka sang penjual menawarkan soal rasa. Apa mau dengan murni rasa gula merah atau dengan rasa cokelat dan rasa durian dengan aksesori keju. Saya selalu memesan yang rasa gula. Gula cair yang tidak diberi parutan kelapa dan bahan perasa lainnya.

Tak ada batasan waktu yang diberikan. Mau duduk berlama-lama sambil bercerita. Atau duduk dengan kekasih, sambil memadu kasih. Atau duduk seorang diri sambil bermain gadget. Warung buka hingga lewat tengah malam.

Berbahagialah petani pisang di Sulawesi Selatan. Khusus pedagang Pisang Epe saja, sudah menjadi potensi pasar yang sangat besar. Pisangnya pun tak usah menunggu hingga masak. Memang yang ditawarkan adalah pisang yang belum menguning.

Pantai Losari tak ada sepinya. Pisang Epe juga sama, tak pernah sepi dari pembeli. Apalagi harganya yang tidak terlalu mahal. Kata teman saya, satu harga tiga rasa.(*/asa)

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X