Tertolong Poin Garuda

- Sabtu, 15 Juni 2019 | 00:12 WIB

PULANG kampung jadi repot ketika akan pulang. Tidak tahu, kalau kursi penerbangan tujuan Berau jadi rebutan pasca-lebaran. Ada peluang tempat duduk, tapi urusan bagasi yang bikin denyut jantung berdetak kencang.

Ada beberapa kali panggilan tak terjawab dari Ketua KONI Berau Al Hamid. Saya jadi kepikiran juga. Apakah semacam telepon yang akan masuk dalam kabinetnya. Maklum, pelantikan pengurus baru KONI Berau sebentar lagi dilaksanakan.

Telepon tak terjawab, lalu menyusul kiriman lokasi di mana Pak Al Hamid berada. Lho, apa betul kiriman lokasi itu. Sebab, posisinya ada di Makassar juga. Ada urusan apa ya? Apa mau studi banding atau sekadar liburan usai lebaran.

Penasaran, saya pun menelepon balik. Ternyata betul, Pak Hamid ada di Makassar. Rupanya ia berencana berangkat ke Kabupaten Bau-Bau (Buton). Karena penerbangan tertunda dua jam dari Balikpapan, sehingga ia ketinggalan pesawat konekting.

Beruntung, pihak maskapai memberikan bonus menginap di Makassar. Saya pun janjian untuk bertemu. “Ketemu sambil minum kopi saja di Mal Trans Studio,” kata saya lewat pesan WhatsApp.

Ternyata Pak Hamid tidak sendirian. Ia ditemani Pak La Ode Ilyas yang asli asal Buton itu. Saya tidak banyak bertanya ada apa ke Buton. “Kami ini belum mandi,” kata Pak Hamid.

Ia pun menceritakan pengalaman singkatnya beberapa jam transit di Makassar. “Tadi sore kami makan di Coto Nusantara,” kata Pak La Ode. Warungnya sudah mau tutup. “Luar biasa enaknya,” sambung Pak Hamid menimpali. Mungkin saja memang enak, ditambah rasa lapar. “Kami makan ketupat 16 biji,” ungkap La Ode lagi.

Ke Buton sebetulnya tak ada acara khusus. Apalagi studi banding. Ternyata Al Hamid ingin melihat peninggalan sejarah yang ada di Buton. “Semacam perjalanan religi-lah,” kata dia. Memang banyak tempat bersejarah di Buton. Menarik ditelusuri.

Lalu, Pak La Ode bertanya kapan saya pulang ke Berau. Saya pun menjawab bahwa kursi pesawat tujuan Berau penuh untuk beberapa hari ke depan. Ada teman yang bisa membantu mendapatkan tiket, tapi dengan catatan bagasi harus dibeli. Ampun, saya bayangkan pasti klaimnya besar sekali. Maklum, barang bawaan dan titipan banyak sekali. Termasuk titipan Pak Ilyas, penjual Sarabba di Jalan Pemuda, Tanjung Redeb.

Beruntung saya punya teman yang bekerja di Maskapai Garuda Berau maupun Pak Agus Derita di Balikpapan. Ia menyarankan saya untuk menggunakan poin miles Garuda. Saya bertahun-tahun memang tidak pernah menggunakan poin saya itu setiap terbang bersama Garuda.

Setelah dihitung, saya punya poin lumayan banyak, jumlahnya 48 ribu poin. Sementara untuk penerbangan dari Makassar ke Berau dengan Garuda, hanya butuh 40 ribu poin. Hehe, masih ada sisa 8 ribu poin. Betapa gembiranya saya. Termasuk gembira karena bisa membawa banyak bagasi. Juga bagasi titipan Pak Ilyas.

Tak masalah penerbangan dari Makassar ke Jakarta dulu, lanjut ke Balikpapan dan Berau. Setelah jumpa dengan Pak Hamid di Trans Studio, tak lupa mampir ke salah satu toko. Saya mau membeli jaket persiapan naik Garuda yang dingin itu. Kali ini, saya harus akui tertolong dengan poin Garuda. Sehingga bisa pulang ke Berau.(*/asa)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X