TIGA tahun terakhir, pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM) tak perlu bertumpuk-tumpuk di kantor Satlantas Polres Berau. Ikuti saja jadwalnya, ada pelayanan SIM keliling yang akan membantu dengan mudah dan cepat agar aktivitas warga tidak terganggu.
Saya harus akui beberapa minggu menjadi warga yang tidak patuh. Ternyata SIM yang saya miliki sudah berakhir masanya. Saya jadi malu sendiri. Andai saja ketika terjadi pemeriksaan kendaraan yang sering dilakukan teman-teman Satlantas, dan saya termasuk salah seorang pengendara yang terjaring. Pasti malu juga rasanya.
Karenanya, saat jumpa teman-teman Satlantas di rumah makan Sop Saudara, saya lalu bertanya di mana kegiatan Pelayanan SIM keliling pada hari Kamis (20/6). Ada yang menyarankan ke Mapolres Berau saja. Tapi, saya mau menikmati kesibukan pelayanan keliling. Sambil merekam bagaimana kegembiraan masyarakat atas pelayanan itu.
Hal rutin di pagi hari yang dijanjikan, saya mampir dulu di warung kopi Hoky, di Jalan Niaga. Saya lama tidak ke tempat ini. Pemilik warung pasti sudah rindu. “Lama betul om sikra tidak muncul,” begitu kira-kira kalimat Bu Sukma, pelayan warung tersebut.
Dari jauh, saya kira kendaraan Pak Wabup yang juga sering mampir di warung Hoky. Ternyata setelah berada di warung, Ibu Ketua PN Tanjung Redeb bersama beberapa stafnya. Saya hanya mengenal Pak Barni. Bu ketua baru bertugas di Berau yang sebelumnya di PN Tanjung Selor. Beruntung datang lebih pagi, bisa berkenalan dengan Ketua PN Tanjung Redeb Imelda Herawati Dewi Prihatin. Selamat bertugas di Berau bu ketua.
Dari warung Kopi Hoky, saya bergeser ke Jalan Ahmad Yani. Kendaraan pelayanan SIM keliling sudah parkir. Belasan warga juga sudah antre. Ada ibu-ibu yang langsung mendekati saya, memperlihatkan map merah dan formulir isian. “Bagaimana mengisinya pak?” kata Bu Wahyu. Ibu ini langganan pijat saya, kalau lagi capek.
Dua petugas Satlantas Polrer Berau, Brigadir Bayu yang menangani pengambilan sidik jari dan foto, sementara Brigadir Apriliando melayani pendaftaran serta petunjuk kepada warga yang ingin memperpanjang SIM dan pendaftar baru. Saya jadi tak nyaman, Apriliando -saya menyapanya Edo- adalah putera teman saya Juliansyah. Dia memanggil saya om.
“SIM mati kah om?” kata Edo. Saya tidak jawab, saya senyum malu saja.
Andai saja, pemilik rumah di mana kendaraan Polres memberikan pelayanan, berbaik hati menyediakan bangku atau kursi, maka warga tidak harus berdiri. Agar saat pengisian formulir, warga tak perlu pulang ke rumah.
Usai menyerahkan formulir dan SIM yang sebelumnya, saya diminta Pak Edo untuk menyelesaikan urusan yang lain. Nanti sekitar jam 13.30 Wita kembali lagi untuk perekaman foto dan sidik jari. Saya manfaatkan urusan di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). Menemui salah seorang terkait urusan perizinan. “Beliau lagi rapat,”kata petugas penerima tamu. Saya hanya titip pesan, lalu bergerak lagi ke tempat lainnya.
Sebetulnya mau mampir di warung Bubur Bu Basri, tapi siang begini tak cocok lagi makan bubur ayam. Cocoknya ikan bakar. Seperti yang dijanjikan Pak Edo, saya kembali lagi. Masih saja ada beberapa warga yang antre. Saya diminta untuk masuk bus khusus pelayanan SIM Keliling. Sekitar 15 menit, semua selesai dan di tangan saya sudah ada dua SIM baru. SIM A dan SIM C.
Kabarnya, Polres akan mendapatkan lagi unit kendaraan pelayanan dengan sistem online. Sebab tahun mendatang, akan banyak usia wajib SIM. Terutama kaum milenial. Bisa jadi nantinya unit kendaraan bernama Pelayanan SIM Keliling Milenial. Bisa melayani hingga kecamatan terjauh.
Sejak Kamis itu, gugurlah status saya sebagai warga yang tidak patuh. Saya sudah punya SIM Baru. SIM yang saya dapatkan bersama-sama dengan warga lainnya. Warga lainnya yang berstatus tidak patuh seperti saya, segeralah. Kalau tak sempat ke Mapolres, ikuti saja jadwal SIM keliling.(*/asa)
