Dipanggil Pawang, Buaya Antarkan Jasad Korban

- Minggu, 30 Juni 2019 | 00:38 WIB

Kampung Tabalar Muara dengan Kampung Biatan Lempake, berada di dua wilayah kecamatan yang bertetangga. Yakni Kecamatan Tabalar dan Kecamatan Biatan. Tapi ada kemiripan persoalan yang dihadapi warga di kedua kampung tersebut. Yakni hanya mengandalkan sungai sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesamaan lainnya, adalah keresahan warganya. Karena kedua sungai yang membelah wilayah kedua kampung itu, sama-sama menjadi habitat buaya.

Malah di Kampung Biatan Lempake, kejadian buaya menerkam manusia sudah terjadi delapan kali. Tapi dari jumlah itu, hanya dua korban saja yang tidak selamat. Enam korban lainnya, salah satunya Arsyad (67), berhasil lolos dari maut.

Arsyad yang selamat dari maut kala itu, bercerita panjang lebar saat ditemui Berau Post di kediamannya, pekan lalu. Kejadiannya pada Mei 2009 silam. Mulanya, Arsyad bercerita, dirinya bersama istrinya Siti Maryam (60), pergi ke sungai yang berjarak sekitar 150 meter dari rumahnya di Jalan Hasanuddin RT 06, Kampung Biatan Lempake, Kecamatan Biatan, untuk mandi sore. Waktu itu, ujar dia, sudah menunjukkan pukul 17.45 Wita.

“Setelah mandi, saat naik ke atas batang kayu yang ada di dekat sungai, tiba-tiba buaya langsung menerkam paha kanan saya,” katanya mengenang kejadian tragis yang dialaminya 10 tahun silam.

Arsyad yang diterkam buaya, melawan dengan memaksa melepaskan tancapan taring buaya di paha kanannya dengan tangan kosong. Perlawanannya berhasil, namun luka sobek di paha kanannya sangat dalam. Sang istri yang melihat kejadian itu, langsung histeris yang akhirnya menarik perhatian warga setempat.

Arsyad yang terluka, langsung dilarikan warga ke puskesmas untuk menjalani perawatan dengan mendapat 35 jahitan.

“Alhamdulillah, saat itu saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup. Saya bersyukur, yang diterkam bukan istri saya. Saya juga sempat melihat buaya tersebut berenang menjauh setelah gigitannya terlepas. Besar, mungkin sekitar 4 meter,” ungkapnya.

Siti Maryam yang mendampingi suaminya saat berbincang dengan Berau Post menambahkan, saat kejadian dirinya memang melihat benda seperti batang kayu yang hanyut mendekat ke arah suaminya. Ternyata benda yang dikiranya batang kayu itu adalah buaya yang mengincar suaminya.

“Saya liat itu (buaya) dari jauh. Saya kira batang hanyut,” katanya. Sejak kejadian tersebut, Arsyad sangat trauma. Selama tiga bulan Arsyad tidak pernah beraktivitas lagi di sungai.

Arsyad merupakan warga pendatang dari Sulawesi Selatan. Pada tahun 1967, saat usianya masih 15 tahun, Arsyad datang ke Kampung Biatan Lempake untuk bekerja sebagai tukang kayu. Sejak menjadi warga kampung tersebut, Arsyad dan warga lainnya memang mengandalkan sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih, baik untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK), maupun untuk dikonsumsi.

Menurutnya, sejak puluhan tahun beraktivitas di sungai, tidak pernah melihat penampakan buaya, apalagi kejadian warga menjadi korban terkaman buaya. Baru pada tahun 2000, dirinya dan warga lainnya, kerap melihat sosok buaya berenang maupun berjemur di tepi sungai.

Sejak adanya penampakan buaya tersebut, warga setempat berkeyakinan agar tidak beraktivitas di sungai kala senja, agar tidak mengganggu dan menjadi santapan buaya penghuni sungai. Termasuk pantangan untuk mencuci selimut dan kelambu di sungai, serta tidak menggunakan panci sebagai gayung, seperti yang diyakini warga Kampung Tabalar Muara. “Kalau itu dilanggar, akan menimbulkan kemarahan penghuni sungai,” terang Arsyad.

Menurut Arsyad, kepercayaan masyarakat Biatan Lempake masih kental terhadap hal-hal tersebut. Pasalnya, dirinya sendiri pernah melihat buaya berwarna putih, memiliki lima jari, dan berukuran sangat besar, sekitar 20 meter. Kemudian, sekitar beberapa tahun silam, saat dirinya hendak menjala ikan, kembali melihat penampakan buaya berwarna hitam dengan ukuran yang besar pula.

“Setelah kejadian saya disambar buaya itu, saya kemudian melarung (membuang atau menghanyutkan, red) telur ayam kampung ke sungai. Dan setiap ingin ke sungai, saya selalu permisi, dan berdoa kepada Tuhan,” tuturnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X