Tambah Pengetahuan untuk Kemajuan Pertanian Berau

- Rabu, 17 Juli 2019 | 13:54 WIB

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Mungkin perumpamaan itu cocok disematkan untuk Siti Aisyah. Putri petani asal Kampung Labanan Makarti, Teluk Bayur, yang menjadi salah satu peserta yang mengikuti pelatihan pertanian organik di Cianjur, Jawa Barat, beberapa bulan lalu.

ARI PUTRA, Tanjung Redeb

Usianya baru menginjak 20 tahun. Tapi Siti sudah mantap ingin menjadi penerus orangtuanya sebagai petani, namun dengan berbagai teknik dan inovasi yang mengikuti perkembangan zaman.

Siti merupakan satu di antara dua perempuan yang diberangkatkan PT Berau Coal melalui Yayasan Dharma Bakti Berau Coal (YDBBC), mengikuti pelatihan pertanian dengan sistem organik di The Learning Farm (TLF), Cianjur.

"Orangtua saya juga seorang petani, jadi saya belajar untuk mendalami ilmu pertanian organik," katanya kepada Berau Post, Selasa (16/7).

Meski peserta pelatihan didominasi kaum Adam, Siti mengaku tidak pernah minder. Karena baginya, bertani tidak hanya dilakukan kaum laki-laki, tapi juga bisa ditekuni perempuan.

Bahkan, dia secara terang-terangan mengaku sangat menyukai bertani, karena sedari kecil sering membantu orangtuanya. “Apalagi saya juga diistimewakan dengan teman-teman lain, karena saya perempuan satu-satunya dari Berau," tambahnya.

Ya, Siti akhirnya menjadi satu-satunya peserta perempuan asal Berau, setelah rekannya sesama perempuan pulang terlebih dahulu sehingga tak bisa menuntaskan pelatihan, karena alasan tertentu.

Selama di Cianjur, perempuan berhijab ini sempat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan padatnya kegiatan di TLF. Pasalnya, dia dan teman-temannya harus bangun sedari subuh untuk memulai kegiatan. "Kesulitannya bangun terlalu pagi dan ke kebun yang terlalu sering. Sempat juga merasa bosan," tuturnya tersenyum.

Namun, dirinya mengaku bersyukur bisa menjadi bagian dari program pelatihan pertanian organik tersebut. Karena banyak mendapat ilmu sepulangnya dari Cianjur.

Tidak sekadar mengetahui sistem dan cara bercocok tanam menggunakan sistem organik, dirinya juga lebih mengetahui jenis-jenis tanaman dan jarak tanam. "Tahu kalau tumbuhan itu butuh fotosintesis. Juga sekarang tahu membuat pupuk organik dan lain-lain," imbuhnya.

Pengetahuan Siti tentang bertani yang sebelumnya didapat dari kedua orangtuanya, cukup menjadi dasar bagi dirinya selama mengikuti pelatihan. Bahkan dirinya bersama lima rekan lainnya asal Berau, berhasil masuk 10 besar terbaik dalam program pelatihan itu. Kesuksesannya itu lantas diganjar dengan mendapat kesempatan mengikuti pelatihan selanjutnya selama 200 hari di TLF, Oktober nanti.

Karena itu, sepulang dari pelatihan, Siti langsung mengimplementasikan hasil atau pengetahuan yang dia dapat selama di TLF. "Kami juga berharap besar semoga Berau Coal bisa membantu menyelesaikan kegiatan yang akan kami laksanakan," harapnya.

Namun, bukan hanya Siti yang berasal dari keluarga petani pada pelatihan di TLF beberapa waktu lalu. Martinus Lake Tukan, pemuda asal Kampung Gurimbang, Kecamatan Sambaliung, juga berasal dari keluarga petani.

Sejak kecil, Martin – begitu dia akrab disapa – sudah tidak asing dengan lahan pertanian dan bercocok tanam. Hal itulah yang menjadi alasannya ingin bergabung pada program pelatihan yang dilaksanakan PT Berau Coal.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X