Jaringan Selesai, Setrum Mengalir

- Senin, 22 Juli 2019 | 11:25 WIB

KABAR gembira datang dari PLN Berau. Bila tak ada hambatan, sebelum akhir tahun ini masyarakat Pulau Wisata Maratua sudah bisa menikmati layanan listrik 24 jam. Semua proses sedang berjalan. Ini sekaligus akan mengakhiri penantian panjang warga yang berada di pulau terdepan tersebut.

Saya ingat betul, belasan tahun lalu ketika mengunjungi Pulau Maratua. Ketika malam tiba, ada kontes suara mesin di hampir semua rumah. Mereka memasang mesin pembangkit sendiri-sendiri. Mesin itu berhenti, bila penghuni rumah sudah mengantuk dan akan tidur. Ada juga yang lewat tengah malam, khusus untuk nonton bola atau sinetron kesukaannya.

Menyiasati waktu, bila menginap di rumah warga, saya selalu tidur sebelum mesin dongfeng berhenti. Cahaya berganti lampu lentera atau gelap sama sekali. Di malam mesin genset aktif itulah, warga menghidupkan semua peralatan elektriknya, termasuk kulkas untuk produksi es. Hanya berlangsung 6 jam.

Pernah ada program untuk membantu warga dari persoalan listrik, dengan membuat pembangkit listrik tenaga matahari terpusat. Di empat kampung dijatahkan antara 44 kWp hingga 50 kW. Sayangnya, tidak berlangsung lama. Di Teluk Harapan yang kapasitasnya 50 kWp hanya bertahan 2 tahun. Sekarang tak lagi berfungsi.

Makanya, ketika saya ke Maratua pekan lalu, salah satu yang ingin saya lihat adalah perkembangan pengerjaan listrik oleh PLN Berau. Sebab, saya dapat informasi, tahun ini Maratua telah dibangun fasilitas pembangkit listrik tenaga disel dengan kapasitas 2 MW.

Saya tak tahu di mana lokasi pembangkitnya. Karenanya saya dituntun Pak Jamal, pegawai Dinas Pendidikan, dengan masing-masing menggunakan sepeda motor. Saya pakai motor pinjaman milik warga. Lokasi pembangkit berdekatan dengan lokasi penempatan pembangkit Solar Cell. Hanya bersebelahan pagar. “Sudah lama tidak berfungsi itu pak,” kata Pak Jamal mengomentari soal pembangkit tenaga matahari itu.

Saya melihat semua sudah siap. Tak ada lagi aktivitas pengerjaan konstruksi bangunan. Ada tangki besar, mungkin untuk penyimpanan bahan bakar. Atau mungkin untuk bahan pendingin. Semua bangunan dengan cat warna putih, kombinasi warna biru.

Dari lokasi pembangkit, saya pisah dengan Pak Jamal. Saya ingin menelusuri pembangunan tiang beton yang sudah terpasang. Lumayan jauh. Saya sempat ke Sunsee Resor yang masuk dalam wilayah Bohe Silian, juga sudah terlihat tiang beton setinggi 9 meter. Bila demikian, saya berani menyebut selangkah lagi selesai.

Saya dapat informasi dari jaringan distribusi diperkirakan jaringan tegangan menengah (JTM) 20 kv sepanjang 16,653 KMS atau sepanjang 16,6 kilometer. Sedangkan jaringan tegangan rendah (JTR) 380 V-400V sejauh 15,156 KMS. Gardu dipersiapkan sebanyak 8 buah 1.100 KVA sedangkan pembangkit 1 unit kapasitas 1000 kW dan 2 unit x 500 kW. Kabarnya, di awal-awal diusulkan sebanyak 3,6 MW. Mungkin tahap pertama disiapkan 2 MW dulu.

Potensi pelanggan rumah tangga tercatat 705, dengan jumlah penduduk di empat kampung 4.260. Apakah dengan kapasitas 2 MW yang disiapkan di awal cukup? Jawabnya mungkin cukup, mungkin juga tidak. Saya berpikir bahwa hanya dengan 2 MW, akan habis terjual di bulan pertama operasi. Bagaimana dengan resor yang selama ini menggunakan pembangkit sendiri. Dari 8 resor yang sudah beroperasi, diperkirakan memerlukan listrik hampir 1 MW, termasuk kebutuhan bandara. Jadi, kalau disiapkan 5 MW, kayaknya aman untuk semua fasilitas.

Saya sempat menikmati minuman dingin di salah satu warung tak jauh dari masjid di Teluk Harapan. Saya mencermati tiang listrik yang berdiri kokoh di depan rumah warga. Saya mencermati, asyiknya anak sekolah naik sepeda melaju di atas jalan yang sudah di paving block. Mencermati kendaraan mobil lalu-lalang yang membawa tandon air berwarna kuning. Saya membayangkan, betapa bahagianya warga kelak, ketika listrik sudah beroperasi 24 jam.

Bukan hanya Pak Jamal yang merasa senang, sebab Home Stay miliknya akan terang terus. Juga jalan-jalan utama di kampung akan terus terang, dari penerangan jalan umum yang pasti akan dipasang. Saya yakin, warga tidak lagi tidur sebelum pukul 24.00 Wita. Mereka akan tidur, setelah puas nonton film, sinetron kesukaannya melalui layar televisi.

Warga akan berlomba-lomba mengaktifkan diri membuat es untuk keperluannya sendiri, juga untuk dijual. Warga juga bisa menyimpan sayur-mayur dan ikan, agar kondisinya tetap segar. Fasilitas pendingin di setiap kamar home stay, juga berfungsi selama 24 jam. Azan subuh, juga akan terdengar nyaring berkumandang.

Wisatawan tak lagi menyebar informasi, bahwa home stay  di Maratua layanan listriknya hanya 6 jam. Dan, di siang hari kepanasan di kamar. Semua membawa perubahan yang luar biasa. Anak-anak sekolah, juga akan rajin belajar, termasuk gurunya. Pak Camat, juga semakin betah di ruangannya, karena sudah ada Air Conditioner (AC).

Setelah berkeliling melihat tiang listrik yang sudah terpasang, saya lalu berpikir sebetulnya tinggal selangkah lagi. Kalau saja kabel jaringan atau jaringan distribusi sudah terpasang, maka semua proses selesai dan setrum pun akan segera mengalir. (*/udi)

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

RTRW PPU yang Baru Bakal Hapus Pertambangan

Rabu, 1 Mei 2024 | 15:15 WIB

Sehari Sampah di Kota Minyak Tembus 450 Ton

Rabu, 1 Mei 2024 | 13:23 WIB

Peta Zona Nilai Tanah Ditetapkan

Selasa, 30 April 2024 | 16:00 WIB

Kemenag Paser Akan Berangkatkan 243 CJH

Selasa, 30 April 2024 | 15:00 WIB

Tugu Bundaran Masjid Tupoksi Bagian Umum

Selasa, 30 April 2024 | 13:00 WIB
X