Tak banyak yang tahu. Salah satu putra terbaik Berau meraih prestasi di tingkat nasional. Rivo Juicer Wowor, pelajar dari SMK 1 Berau, berhasil meraih juara pertama dalam lomba pidato Bahasa Inggris yang diadakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
ARI PUTRA, Tanjung Redeb
Pelajaran Bahasa Inggris bagi sebagian orang tak berbeda jauh dengan matematika. Banyak yang tidak suka, karena banyak rumus dalam penulisan maupun pengucapannya yang membuat seseorang harus menghafal.
Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Rivo, pelajar SMK 1 Berau yang saat ini duduk di bangku kelas XI. Sejak di sekolah dasar ia mengaku sudah menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Baginya bahasa itu adalah cara untuk bisa berhubungan dengan masyarakat dari dunia luar Indonesia.
“Karena tanpa Bahasa Inggris kita akan kesusahan untuk berkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang-orang baru,” katanya.
Menjadi salah satu pelajaran yang disukainya, tak mengherankan apabila dalam pelajaran Bahasa Inggris anak bungsu dari tiga bersaudara itu selalu meraih nilai yang memuaskan. Melihat hal itu, salah seorang gurunya bernama Usman pun berinisiatif untuk meminta Rivo mengikuti perlombaan yang diadakan Kemendikbud. Lomba itu adalah lomba pidato Bahasa Inggris yang dikhususkan bagi pelajar tingkat SMK se-Indonesia.
Meski sempat ragu-ragu untuk ambil bagian, namun pada akhirnya Rivo pun mencoba mendaftar. Ia beralasan saat itu hanya ingin mencoba, karena dirinya sendiri cukup tertarik dengan Bahasa Inggris.
“Akhirnya kirim naskah ke kementrian dan ternyata dari 272 naskah hanya 20 yang terpilih untuk masuk semifinal. Dan di antaranya adalah naskah saya itu,” ucapnya.
Dalam naskah pertama itu, Rivo menulis tentang dampak game bagi masyarakat Indonesia. Tulisan itu membahas tentang sisi positif bermain game yang menurutnya lebih menarik ketimbang tentang sisi negatif. Dikirimnya saat Mei lalu, bertepatan dengan ujian sekolah.
Lolos di tahapan semifinal. Rivo pun harus kembali berhadapan dengan 19 peserta lainnya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Di semifinal, sistem perlombaannya pun turut berganti. Apabila sebelumnya hanya mengiris naskah, kali ini para peserta diwajibkan membuat video pidato dan mengikuti wawancara online.
Di tahapan ini ia pun sempat ragu. Namun besarnya dorongan dari orangtua, kakak dan gurunya membuat Rivo berani untuk terus melanjutkan perlombaan. “Setelah beberapa hari setelah bikin video dan wawancara online, saya dapat kabar kalau lolos ke Grand Final,” tuturnya.
Rasa senang campur deg-degan pun menghiasi perasaan remaja kelahiran tahun 2002 ini. Dirinya pun berangkat ke Jakarta bersama gurunya. Grand Final digelar di Plaza Insan Berprestasi selama 25 sampai 29 Juli.
Di partai final Rivo harus bersaing dengan pelajar dari Pontianak dan Jakarta. Berpidato dengan Bahasa Inggris di atas panggung dengan naskah baru yang dibuatnya. Kali ini, naskah tersebut berkaitan dengan topik pembajakan software. “Awalnya sempat bingung mencari topik yang sebenarnya sering kita lihat tapi sering kita abaikan. Sampai satu minggu baru saya dapat topik tentang pembajakan sofware itu,” terangnya.
Setelah semua peserta berpidato dan masing-masing menampilkan yang terbaik. Dilanjutkan dengan pengumuman pemenang. Hasilnya, Rivo berhasil meraih nilai tertinggi dibandingkan dua peserta lainnya.
Atas pencapaian itu, anak dari pasangan David Jonathan Wowor dan Endondaya Badilo ini merasa bersyukur. Apalagi selama ini kedua orangtuanya sangat mendukung atas apa yang dilakukannya. Ia mengingat saat pembuatan video di tahapan semifinal, orangtuanya yang sangat membantu dalam proses pembuatannya.
