Cerita di Gang Ancol

- Selasa, 13 Agustus 2019 | 15:08 WIB

RASANYA baru kali ini saya malu dengan diri sendiri. Padahal sudah cukup lama berdomisili di Berau. Baru sekarang, tahu bahwa sebutan ‘Ancol’ yang digunakan pada nama Gang Ancol ternyata punya kisah sendiri. Tidak ada hubungannya dengan Taman Impian Jaya Ancol, di Jakarta.

Kemarin, Senin (12/8) ada pertemuan yang berlangsung di rumah Pak Makmur HAPK, mantan Bupati Berau. Saya jumpa dengan Pak Kafrawi AD. Beliau hampir setiap pagi membaca catatan Daeng Sikra di harian Berau Post. Senang sekali rasanya. Juga beberapa teman lainnya berkomentar yang sama.

Saya lalu dapat informasi baru dari Pak Kafrawi. Kata beliau, nama Gang Ancol itu, tidak ada hubungannya dengan tempat yang ada di Jakarta.  Tapi, itu pemberian nama warga terhadap salah seorang warga Prancis yang pernah tinggal di gang tersebut. Informasi menarik, saya langsung meluncur ke lokasi.

Dari dulu saya sudah tahu nama Gang Ancol, Tanjung Redeb. Juga nama lainnya, seperti nama ‘Ujung Tanjung’.  Ada juga nama ‘Warung Domble’. Saya sering jalan di gang sempit dan padat penduduk itu. Pernah minum kopi di warung Domble. Kemarin, saya telusuri lagi, setelah mendengar informasi dari Pak Kafrawi. Kalau dulu jalan kayu, sekarang sudah disemen. Jalannya sudah rapi.

Saya ditemani Wamin, warga yang sejak lama saya kenal, namun baru ketemu lagi. Wamin menunjukkan satu hutan Bakau yang tidak terlalu luas. “Dulu itu rumahnya Pak Kasmat,” kata Wamin. Setelah roboh karena persis berada di ujung pusaran pertemuan arus Sungai Segah dan Kelay, rumah Pak Kasmat runtuh. Diganti dengan tanaman mangrove. Sisa bangunan masih terlihat. Selain rumah Pak Kasmat, dulu juga ada penggilingan padi milik salah seorang tokoh masyarakat.

Saya bertanyalah soal nama ‘Gang Ancol’. Iapun menyebutkan sebetulnya itu nama orang. Yakni Andre Colles, pengusaha asal Prancis. Untuk mengabadikan nama tersebut, oleh warga dulu disebutlah dengan nama Gang Ancol alias Gang Andre Colles. “Itu rumahnya,” kata Wamin menunjukkan rumah yang pernah ditempati.

Rumah kayu persis di tepi sungai. Masih nampak kokoh. Tidak terlalu luas. Saya membayangkan, apakah Pak Andre Colles itu bersama keluarga atau hanya seorang diri. Menurut teman saya Pak Saprudin Itur, Andre Colles itu, anak dari tuan Colles. Pengusaha asal Prancis yang diundang oleh Belanda ke Berau.

Tuan Colles inilah yang kemudian membangun kebun kelapa yang ada di Lungsuran Naga. Setelah Tuan Colles meninggal, digantikan anaknya bernama Andre Colles. Dialah yang melanjutkan usaha orangtuanya. Andre Colles ini menekuni usaha yang bergerak di sektor perkebunan dan kehutanan, sementara keluarga Al Jufri, menggarap sektor hasil hutan ikutan.

Bisa jadi juga keterikatan jaringan usaha ini. Kalau keluarga Al Jufrie di Hulu sedang Andre Colles di Hilir. Rumah keluarga Al Jufri dengan rumah Andre Colles (Gang Ancol) jaraknya sangat berdekatan, mungkin tidak lebih dari 100 meter.

Lama saya merenung di depan rumah Andre Colles. Rumah kayu bercat putih. Beberapa tiang dicat dengan warna biru. Pintu dan jendela tertutup rapat. Katanya rumah ini dipakai warga pedalaman bila ke Tanjung Redeb. Dijadikan semacam mes.

Ada beberapa rumah yang seusia dengan rumah Andre Colles. Rumah tua yang sebagian bahannya belum berganti. Saya membayangkan, dulu jumlah rumah pastilah tidak seberapa banyak. Lalu, mengapa memilih di tepi sungai? Semua dengan pertimbangan untuk lebih mudah. Dari sungai, bisa langsung ke rumah.

Saat melewati dua ujung jalan di Gang Ancol, banyak warga yang memperhatikan dengan penuh tanda tanya. Bahkan Wamin sendiri sempat ‘curiga’ ada apa tiba-tiba muncul di gang yang lama tidak pernah saya kunjungi.

Mungkin saya dikira petugas pemkab yang akan melakukan inventarisasi rumah tinggal yang ada di Gang Ancol dan Gang Karya, dua gang yang bersebelahan. Maklum, beberapa hari lalu ada pemberitaan rencana pemkab yang akan menata kawasan sepanjang jalur hijau. Saya juga berpikir dalam hati, pasti kawasan ini juga terkena mega proyek tersebut.

Di kawasan ujung Tanjung saja, jumlah rumah banyak sekali. Termasuk rumah Andre Colles. Ada rumah yang baru dibangun dan dijadikan rumah sewa. Apa iya warga mau dipindah tanpa ganti untung. Apalagi bila rumah mereka sudah diperkuat dengan sertifikat. Biaya sosialnya lumayan banyak. Banyak sekali.

Tidak. Saya tidak dalam tugas itu. Saya hanya menelusuri tempat tinggal Tuan Andre Colles orang Prancis yang tinggal di ujung Tanjung. Orang Prancis yang punya peninggalan kebun kelapa di Lungsuran Naga. Saya percaya, Andre Colles ini baik dengan tetangga. Termasuk bertetangga dengan keluarga Al Jufri. Karena kebaikan itulah, diabadikan namanya dengan singkatan nama Gang Ancol. Walaupun sempit, karena punya sejarah, baiknya diganti saja dengan nama jalan, bukan nama gang. Jalan Andre Colles. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB

Pemotor Terlempar 25 Meter setelah Diseruduk Mobil

Kamis, 18 April 2024 | 07:50 WIB

Pertamina Kirim 18 Ton BBM ke Kutai Barat

Rabu, 17 April 2024 | 18:00 WIB

Lahan Terbakar, Asap Mengepul Belasan Jam

Rabu, 17 April 2024 | 14:00 WIB

Pom Mini di Balikpapan Mulai Ditertibkan

Rabu, 17 April 2024 | 11:00 WIB
X