Tunggu Jaringan, Maratua Bakal Terang

- Rabu, 14 Agustus 2019 | 13:32 WIB

Berada di wilayah terluar negara, bukan berarti tak berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar. Bahkan setelah puluhan tahun tanpa aliran listrik dari pemerintah, kini tinggal menunggu hitungan hari saja, Pulau Maratua juga bisa segemerlap wilayah perkotaan.

ARI PUTRA, Maratua

PULAU Maratua merupakan wilayah kecamatan dari 13 kecamatan di Bumi Batiwakkal – sebutan Kabupaten Berau. Letaknya di sisi timur Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Dengan luasan daratan 4.119,54 KM2, wilayah Maratua terbagi menjadi lima kampung yang dihuni sekitar 3.400 jiwa.

Dengan lokasi yang berada di tengah lautan dan jarak tempuh yang cukup melelahkan dari Tanjung Redeb, pembangunan di salah satu pulau terluar ini jarang mendapat perhatian. Namun dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan makin menggeliatnya dunia pariwisata Maratua, pemerintah baik pusat dan daerah tak lagi ‘menganaktirikannya’.

Kucuran dana untuk pembangunan infrastruktur dan berbagai fasilitas pendukung pariwisata, selalu didapatkan tiap tahunnya. Dimulai dengan pembangunan jalan lingkar yang menghubungkan empat kampung, hingga bandara. Teranyar, pemerintah melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), juga membantun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berkapasitas 1.000 kilo watt (KW).

Meski belum beroperasi, keberadaan PLTD tersebut sangat disyukuri masyarakat Maratua. Pasalnya, keberadaan pembangkit listrik memang menjadi salah satu fasilitas yang sangat didambakan masyarakat selama ini.

“Ya, karena masyarakat selama ini pakai genset (generator set) pribadi untuk dapat listrik,” kata Camat Maratua Marsudi, kepada Berau Post kemarin (13/8).

Diakuinya, persoalan listrik bukanlah hal baru di Maratua. Sudah puluhan tahun masyarakat maupun pemilik resor, harus memenuhi sendiri kebutuhan listriknya. Untuk menyalakan genset di malam hari, minimal dibutuhkan lima liter solar. Itu juga hanya untuk menghidupkan beberapa balon lampu dan sesekali untuk menyalakan televisi, dimulai sore hari hingga pukul 01.00 Wita.

“Kalau dihitung-hitung biaya solar, rata-rata masyarakat mengeluarkan sekitar Rp 100 ribuan untuk semalam,” ujarnya.

Karena itu, setelah mengetahui masuknya PLTD milik PLN di Maratua, masyarakat sangat antusias. Khususnya masyarakat Kampung Teluk Harapan, Payung-Payung dan Bohe Bukut, yang juga segera mendapat pembangunan jaringan listriknya.

Saat ini, masyarakat Maratua sudah banyak yang mendaftarkan ke PLN untuk mendapat sambungan rumah. “Dengan adanya PLTD ini, tentunya akan menekan pengeluaran masyarakat yang sebelumnya untuk membeli solar, mungkin bisa dialihkan ke hal yang produktif lainnya,” terangnya.

Rasa tak sabar menantikan masuknya setrum di Maratua juga disampaikan salah seorang warga bernama Rustam. Pria yang lahir dan besar di pulau tersebut sudah berharap PLTD segera beroperasi.

Menurutnya, sebagai daerah pariwisata unggulan Kaltim, pemenuhan kebutuhan listrik merupakan hal mutlak. “Sudah sangat lama kami mengharapkan adanya listrik. Makanya setelah ada PLTD masuk (ke Maratua, red) kami sangat senang sekali,” ungkapnya.

Pengeluaran untuk membeli solar guna menghidupkan genset, dihitungnya rata-rata mencapai Rp 500 ribu per bulan. Sehingga, dengan masuknya aliran listrik dari PLTD, bisa membantu masyarakat melakukan penghematan.

“Uangnya kan lumayan bisa untuk memenuhi pendidikan anak-anak. Meskipun memang sampai sekarang kami masih menggunakan genset. Tapi sebentar lagi sudah pakai listrik dari PLN,” tuturnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X