Dihadiahi Puisi Surat untuk Ibu Pertiwi

- Minggu, 18 Agustus 2019 | 09:34 WIB

KELAY- Nyanyian lagu Indonesia Raya berkumandang. Dinyanyikan para pelajar dari SD 001 Long Sului, Kecamatan Kelay. Mereka mengiringi pengibaran bendera merah putih.

Sejak Jumat (16/8) pagi, riang tawa anak-anak mengiringi persiapan jelang latihan paduan suara. Latihan dilakukan untuk sebuah momen bersejarah. Bagi anak-anak pedalaman, ini kali pertama mereka mengikuti dan menjadi bagian pada upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia.

Latihan digelar di lapangan sekolah. Berukuran 20x30 meter, dikelilingi tiga ruangan di sisi kiri, kanan, dan bagian belakang, dipimpin salah seorang guru wanita.

Esok harinya atau Sabtu (17/8), berlokasi di samping gedung pertemuan, puluhan masyarakat sudah berkumpul. Berbaur dengan aparat kepolisian, TNI, dan instansi lain. Untuk mengikuti upacara HUT RI yang dipimpin Wakil Bupati (Wabup) Berau Agus Tantomo. Wabup khusus datang ke Long Sului untuk merayakan HUT RI bersama masyarakat di pedalaman.

Selain itu, juga turut hadir anggota DPRD Berau Elita Herlina, Camat Kelay Anang Ardiansyah, beberapa pejabat, hingga ketua adat kampung.

Kepala SD 001 Long Sului Kristina mengatakan, perlu sepekan bagi pihaknya untuk melatih murid-muridnya yang mendapat tugas menyanyikan lagu-lagu wajib kebangsaan. “Sebelumnya mereka (murid-murid SD Long Sului) tidak tahu sama sekali lagu-lagu wajib. Sejak saya tugas di SD ini satu tahun terakhir, baru saya giatkan mereka agar mengetahui lagu-lagu wajib," katanya.

Tak sekadar menggelar upacara peringatan kemerdekaan seperti umumnya, anak-anak pedalaman tersebut juga membacakan puisi setelah bendera Marah Putih berhasil dikibarkan. Puisi sebagai curahan hati masyarakat pedalaman Kalimantan ini.

Dengan wajah polosnya, Sunarti yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, mampu menyampaikan pesan tersirat dalam puisi yang dibacakannya.

"Surat untuk Ibu Pertiwi"

Ibu..
Kami adalah anak Sului..
Kami adalah anak negeri..
Yang berdiam di bawah sang saka..
Yang dengan bangga kami kibarkan hari ini.

Ibu..
Kami adalah Sului..
Kami adalah anak negeri..
Yang merindukan kemerdekaan yang sama.
Kemerdekaan hati. Kemerdekaan pikiran..

Ibu.. Telisiklah inci demi inci kampungku
Pandangilah lebih dalam sudut-sudut kelahiranku..
Mungkin akan engkau dengarkan..
Bisikan lirih dari kami anak pedalaman..

Kelak jika kami dewasa bu..
Akan kami dobrak pintu-pintu kebodohan..
Akan kami runtuhkan belenggu-belenggu pikiran..
Akan kami bangun negeri untukmu ibu..

Karena itu..
Bangunkanlah tanahku..
Bangunkanlah kelahiranku..
Bangunkanlah Suluiku..
Dengan kerja nyata, dan bukan fatamorgana..
Agar kami anak negeri..
Kami anak Sului..
Terus meneriakkan kemerdekaan ibu pertiwi..

Agus Tantomo yang sebelumnya menjadi pembina upacara, langsung menghampiri Sunarti yang berdiri di tengah lapangan dan langsung memeluk bocah 11 tahun tersebut.

"Langsung keluar air mata saya dengar puisinya tadi. Apalagi ketika Pak wabup langsung memeluk anak itu," tutur Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Kabupaten (Setkab) Berau Husdiono, seusai upacara.

Mengenakan pakaian adat Dayak yang terbuat dari pelepah kayu bahau, Agus Tantomo menyampaikan rasa senang dan terharunya setelah upacara selesai.

Melalui puisi yang dibacakan Sunarti tadi. Dirinya menyebut itu adalah rintihan masyarakat. Yang jauh dari sudut gemerlapnya kota. "Upacara 17 Agustus ini soal keutuhan bangsa. Kalau kita dengar puisi tadi, itu adakah rintihan warga pedalaman," katanya.

Intisari dari puisi tersebut menurutnya, adalah penyampaian bahwa kemerdekaan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia. Karena diakuinya, selama ini masih banyak warga yang berada di pedalaman, tidak dilibatkan dalam perayaan kemerdekaan. Hanya dilakukan para kaum elite yang berada di tengah kota. "Padahal kita tau mereka itu adalah rakyat Indonesia juga," tuturnya.

"Dan perlu diketahui, ini juga sepanjang sejarah baru pertama kali masyarakat di sini (Long Sului) mengadakan upacara 17-an. Saya berharap ke depan kampung ini dan kampung-kampung lainnya tetap melaksanakan upacara kemerdekaan," harapnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bendungan Marangkayu Sudah Lama Dinanti Warga

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:45 WIB
X