Bajakah

- Selasa, 20 Agustus 2019 | 10:40 WIB

TIBA-TIBA jenis tanaman ini menjadi sangat terkenal. Pelajar asal Palangka Raya, Kalimantan Tengah, memperkenalkannya lewat sebuah kompetisi di Korea Selatan, sebagai satu jenis tanaman yang bisa menyembuhkan penyakit. Penyakit yang mematikan. Kanker payudara.

Namanya bajakah. Di Berau dikenal dengan nama Balaka. Sejenis akar yang merambat ke atas. Oleh masyarakat pedalaman, bajakah atau balakah disebut sebagai ‘gentong’ nya orang Dayak. Mengapa? Warga pedalaman, bila berjalan di hutan tidak perlu berbekal air minum. Bila haus dan saatnya untuk minum, cukup memotong akar balakah. Airnyapun mengucur deras. Hauspun hilang.

Hanya orang yang tahu dan punya pengalaman berada di hutan, hafal betul dengan akar yang bisa mencapai puluhan meter. Jenisnya banyak. Bila tidak teliti, bisa-bisa yang diambil adalah jenis akar tuba. Akar yang digunakan untuk menangkap ikan. Getah akar tuba ini membuat ikan pusing dan dengan mudah ditangkap.

Saya ingat, ketika berkunjung ke Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Bidukbiduk, belasan tahun silam. Bersama-sama tim Kementerian Sosial (Dulu Departemen Sosial) membuat film dokumenter kehidupan suku Punan Basap di Teluk Sumbang. Lokasi pengambilan gambar di gua dalam rimba yang dulu mereka tempati.

Saat proses pembuatan film itu, saya dikenalkan oleh warga Punan Basap beberapa jenis tumbuhan yang ada di dalam hutan. Ada jenis tanaman yang bisa memberikan kemudahan bagi pasangan suami-istri yang sulit hamil. Ada juga akar kuning, yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Akar kuning ini saya masih simpan hingga sekarang.

Makanya, saya hanya tersenyum ketika banyak orang yang membahas soal bajakah atau balakah. Tanaman ini mudah ditemukan. Semua hutan yang ada, pastilah ada bajakah yang melilit sekitar pohon. Bajakah yang mana, yang punya khasiat. Dan, jenis akar-akaran mana yang justru berpotensi sebaliknya.

Maaf, saya tidak menyebutkan lokasinya. Saya khawatir, banyak orang berduyun-duyun ke tempat itu. Saya khawatir, bila nama lokasi saya sebutkan, terjadi eksploitasi besar-besaran. Saya hanya butuh perjalanan sekitar 35 menit, dari Tanjung Redeb untuk berada dalam kawasan hutan yang penuh dengan tumbuhan akar bajakah.

Tumbuhan yang disebut oleh warga pedalaman sebagai ‘gentong’ itu, terlihat berada di sekitar pohon. Akarnya berada di sekitar pohon, lalu bergerak ke atas belasan meter. Hanya pucuknya yang terlihat daun. Kata teman saya, Pak Sinung, ujung pohon ini seperti mencari matahari.

Hutan yang masuk dalam kawasan salah satu perusahaan tambang batu bara itu, tumbuh pada jarak sekitar 20 meter dari tepi sungai. Ada rumpun bambu petung. Ada banyak tumbuhan yang saya tidak tahu namanya. Batang akar yang berada di tanah, sebesar lengan orang dewasa. Menjalar ke atas semakin kecil.

Saya terpaksa memotong satu akar bajakah. Saya ingin nikmati bagaimana rasanya air yang menetes dari balik kulit dan batang bajakah itu. Air yang dijadikan penghilang dahaga warga pedalaman saat berjalan di hutan. Airnya mengucur deras. Dingin dan menyegarkan. Apalagi, saat saya di lokasi sudah tengah hari.

Usai menikmati segarnya air bajakah, terasa di bagian mulut ada kasat dan terasa seperti getah. Teman saya Ibrahim, menyebut salah satu nama latin kimia yang tergantung dalam air tersebut. Ibrahim yang bergabung pada salah satu LSM, tidak meminum tapi memasukkan ke dalam botol air kemasan. “Ada spesial order,” kata Ibrahim.

Inikah yang namanya akar bajakah atau balaka. Inikah jenis tanaman yang merambat di sekitar pohon dan meliuk-liuk pada ranting pohon. Tak jauh beda dengan bentangan tumbuhan rotan. Bajakah yang sekarang jadi trandig topic.

Hutan yang ada di Berau, masih sangat luas. Di setiap rimba, akar bajakah pasti bisa ditemukan dengan mudah. Dan, ketika kegiatan eksploitasi hutan berlangsung, maka akar bajakah pun menjadi kering dan bahkan ada yang lenyap dari tempatnya.

Bagaimana caranya saya menyampaikan ke orang-orang yang saya tidak kenal, agar tidak melakukan eksploitasi bajakah. Perusahaan tambang yang dalam satu kawasan hutan tidak dieksploitasi, sebaiknya menempatkan pengumuman agar tidak membabat bajakah. Kecuali memang untuk keperluan pengobatan untuk keluarganya.

Saya jadi dilematis. Keponakan saya yang tinggal di Samarinda, mengirim pesan lewat WA. “Om, di Berau adakah akar bajakah? Mertua saya sedang sakit kanker payudara stadium tiga, sudah dua kali kemo,” kata keponakan saya. Pesan itu saya terima, saat saya berpegang di akar bajakah. Di saat saya masih di hutan yang saya tak mau sebutkan di mana tempatnya. Saya jadi sedih.  Saya membayangkan bagaimana mertua keponakan saya itu, berharap setiap hari ada mukjizat untuk kesembuhannya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X