Ikan Nenek

- Sabtu, 24 Agustus 2019 | 11:17 WIB

MENGAPA disebut Ikan Nenek? Apa karena usianya atau karena tercatat sebagai ikan terbesar. Padahal punya nama yang cantik, Whale Shark atau Hiu Paus (Rhincodon Typus). Nelayan di Talisayan sejak dulu bahkan dulu sekali memberi nama Ikan Nenek.

Sebelum terkenal seperti sekarang, Hiu Paus sudah lama dikenal masyarakat nelayan di Kampung Talisayan. Sayangnya tak pernah dihebohkan. Dianggap biasa-biasa saja. Sama dengan keberadaan jenis ikan lainnya.

Ada mitos di kalangan nelayan, bertemu dengan Hiu Paus tak boleh diganggu. Ada rasa syukur, bila ikan berbintik ini ada di sekitar nelayan yang sedang berburu ikan kecil. Bisa menjadi pertanda penghasilan nelayan akan meningkat. Singkatnya, jika ikan Hiu Paus ini ada, jenis ikan lainnya juga ada di sekitarnya.

Munculnya sebutan Ikan Nenek bisa jadi karena nelayan tidak tahu nama aslinya. Atau karena bodi ikan yang besar, disamakanlah sebagai neneknya ikan. Tak mau repot, nelayan menyebutnya Ikan Nenek saja.

Abdurrahman (Almarhum), waktu itu menjabat sebagai Camat Talisayan. Di sela-sela jabatannya, ia menekuni bisnis daging Kepiting Rajungan. Bisnisnya maju pesat. Pasarnya luar negeri. Dari beliaulah bercerita, kalau di laut Talisayan ada ikan besar yang diberi nama Ikan Nenek. “Kami menganggap itu biasa saja,” kata Pak Camat waktu itu.

Mendengar penjelasan tersebut, rasanya ingin cepat-cepat melihat bagaimana penampakan Hiu Paus atau Hiu Tutul karena badannya bertutul-tutul. Mengapa nelayan Talisayan tidak mem-viral-kan, agar banyak orang yang tahu. Atau sebaliknya sengaja didiamkan.

Sepulang dari Talisayan, kami atur waktu untuk kembali. Khusus menemui Ikan Nenek yang diceritakan Pak Camat. Waktunya sudah ditentukan. Harus pagi. Karena katanya kalau siang, Ikan Nenek tidak muncul. Butuh waktu 45 menit untuk tiba di lokasi. Di bagan apung milik nelayan. Karena tak sempat sarapan, kopi dan nasi kuning disiapkan di perjalanan. Jadi asyik, minum kopi di tengah laut.

Betul cerita Pak Camat. Di sekitar bagan Apung sudah ada tiga ekor Hiu Paus memutari bagan. Sesekali terlihat melakukan akrobat, menjemput ikan teri yang diberikan dari atas bagan. Beberapa teman saya memilih terjun mendekat. Waktu itu belum ada ketentuan bagaimana berinteraksi dengan Hiu. Mereka asyik memegang siripnya. Mencubit badannya.

Sepulang itulah, kami promosikan. Ceria Ikan Nenek kami hembuskan ke seantero daerah. Kami hembuskan ke semua wisatawan yang datang. Banyak yang tidak percaya, kalau Hiu Tutul itu ada di laut Talisayan.

Dalam catatan, Hiu Tutul hanya ada di Raja Ampat dan sekitar Bali. Tapi jumlahnya tidak banyak. Wisatawan pun seperti tersedot untuk datang ke Raja Ampat. Selain menyelam juga melihat Hiu Tutul. Biaya sangat besar. Hanya punya beberapa ekor saja, bangganya minta ampun.

Ada penelitian yang dilakukan, khusus menghitung berapa banyak Ikan Nenek yang menghuni laut Talisayan. Alhasil, jumlah banyak sekali. Lebih dari 30 ekor. Peneliti dibuat bingung, kenapa Talisayan menjadi ‘rumah’ bagi Hiu Tutul. Kalau daerah lain bangga punya 2 atau 3 ekor, harusnya Berau 30 kali lipat bangganya.

Pergantian arah angin, juga memberikan keuntungan bagi daerah lain. Saat cuaca tak memungkinkan nelayan mencari ikan di Talisayan karena cuaca, mereka berpindah ke laut sekitar Pulau Derawan. Ikan Nenek pun ikut boyongan bersama keluarga besarnya.

Atraksi pun berlangsung di laut Derawan. Wisatawan bisa menyaksikan dari jarak dekat maupun dari atas bagan apung. Tata tertibnya juga sudah ada. Dilarang menyentuh badan Ikan Nenek. Bagaimanapun, sebutannya adalah Shark alias Hiu.

Memang ada yang belum bisa dicapai. Kalau atraksi Hiu Tutul bisa menghasilkan pemasukan yang besar, sampai sekarang belum dipungut. Katanya, setiap ekor bisa menyedot pendapatan miliaran rupiah. Bagaimana kalau jumlahnya yang muncul belasan atau puluhan. Ini yang harus jadi renungan.

Sekarang sudah menjadi salah satu ikon wisata. Menjadi tontonan ribuan wisatawan yang pernah berkunjung ke laut Derawan dan Talisayan. Foto keberadaan Hiu Paus bertebaran di jagat maya. Memang hingga kini masih sekadar menjadi tontonan. Belum ada karcis masuk, khusus menyaksikan sang Ikan Nenek beraksi. (*/har)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB
X