TANJUNG REDEB – Sudah lama bergulir, program bank sampah tak kunjung memberikan nilai ekonomis. Hal itu diakui Kepala Bidang Kebersihan, Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Junaidi, diwawancara kemarin (23/8).
Disebutnya, kondisi itu terjadi karena 45 unit bank sampah yang ada belum memiliki peralatan yang memadai. Untuk itu, pihaknya meminta anggaran senilai Rp 2 miliar di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membeli mesin pencacah dan perlengkapan lainnya, di mana peralatan tersebut akan membantu petugas membuat pupuk kompos.
Keberadaan peralatan itu disebutnya tentu sangat dibutuhkan, untuk mengolah sampah yang setiap bulannya mencapai 8 ton itu. “Itu kami masukkan dalam Rencana Strategis (Renstra) DLHK tahun 2020. Semoga dapat direalisasikan,” katanya.
Disampaikannya juga, di tahun ini pihaknya berencana menambah 25 bank sampah lagi yang disebar di sejumlah wilayah dengan menggaet masyarakat setempat. Dengan bertambahnya bank sampah, diharapkan bisa menyelesaikan persoalan sampah di Bumi Batiwakkal –sebutan Kabupaten Berau.
Junaidi juga mengajak masyarakat menabung sampah di bank sampah yang telah dibentuk pemerintah, apalagi hal itu sudah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) 1 tahun 2017. (*/sgp/sam)
