Jinggo

- Rabu, 4 September 2019 | 20:09 WIB

JUALANNYA malam hari. Tidak dikhususkan bagi mereka yang Night Eating Syndrome (NES) atau sindrom makan malam. Salah satu tempat wisata kuliner yang mendapat lima bintang dari para travelker. Ingat STMJ (Susu Telur Madu Jahe), ingat warung Jinggo.

Saat berada di Samarinda, Minggu (1/9), saya memang mengagendakan untuk mendatangi tempat makan yang dulu sering saya kunjungi saat masih kuliah. Rencananya berangkat pagi dari Kalimarau. Menghitung waktu, masih sempat mampir di warung kopi Taufik. Bukan untuk minum kopi. Ingin nikmati nasi kuning.

Karena cuaca, tiba di Samarinda lebih dari pukul 10.00 Wita. Spekulasi saja ke warung Taufik. Memang betul, penjual nasi kuningnya sudah kemas-kemas untuk pulang. Aduuh, sayang. Agar tak ‘kepuhunan’ saya hanya pesan teh susu.

Memikirkan gantinya, kebetulan jumpa dengan Rusianto, mantan anggota DPRD Kaltim. Beliau mengajak makan di ayam goreng Banjar. Cocok, selera kita sama. Rumah makan ini juga sudah melegenda di Samarinda. Usia berdirinya beda-beda tipis dengan warung Jinggo.

Kata Pak Rusianto, ia tak begitu suka makan ayam goreng yang bukan ayam kampung. Tapi di warung Banjar yang satu ini, rasa ayam potongnya setelah digoreng menjadi lain. Jadi rasa ayam kampung. Apalagi sambal ati ditambah dengan sayur labu. Saya kalau ke tempat ini, selalu memesan dua potong ayam bagian pahanya.

Lokasinya dulu bukan di tempat sekarang. Kalau tak salah, pertama mulai jualan lokasi ayam goreng ada dalam kawasan yang sekarang dibangun hotel Senyiur. Hebat penjualnya menjaga resep.  Rasanya tidak berubah, sementara kokinya mungkin sudah generasi keempat.

Bagaimana dengan warung Jinggo? Saya sendiri tidak tahu, kenapa sampai diberi nama warung Jinggo. Ada juga yang menyebut warung Jenggo. Apa karena bisa dengan gaya Jenggo, makan 10 sate paru, lalu ngomongnya hanya 5 tusuk. Apa karena makan 2 bungkus nasi kebuli, lalu ngomongnya hanya 1 bungkus.

Teman-teman saya di kampus juga tidak tahu siapa yang memberi nama warung Jinggo. Pemiliknya asal Sulawesi Tenggara, namanya bukan Jinggo. Kalau nasi kare ayam di Jalan Flores, namanya Warung Asuy, karena nama penjualnya memang Asuy.

Mungkin karena bisa duduk dengan gaya seenaknya. Bisa bersila di atas bangku panjang. Bisa satu kaki diangkat dan kaki satunya menjulur ke tanah. Bisa jadi, karena tak ada aturan busananya. Atau mungkin seperti kata teman-teman, karena kalkulator yang dipakai kadang selisih angkanya.

Tidak mahal, malam hari setibanya di Samarinda, saya bersama Pak Wawan dan Pak Radian serta Pak Ramli, menikmati susu jahe. Sate paru dan sate telur puyuh, sudah tersedia di atas piring. Di hadapan saya, ada pemuda yang sepertinya baru selesai olahraga malam. Wow, dia makan nasi kebuli dan 10 tusuk sate paru.

Di sebelahnya, ada sepang remaja baru keluar dari Mal SCP. Lokasi Warung Jinggo hanya belasan meter dari halaman Mal SCP. Mereka menikmati nasi kare ayam, lalu ditambah lagi dengan telur ayam kuah merah. Sama dengan apa yang saya santap.

Awalnya, warung Jinggo tempat berjualannya tak jauh dari Mal Mesra. Berdekatan dengan warung Mutiara. Juga tak jauh dari Toko Maju, tempat saya berjualan coto yang penjualnya memberi nama Frengky.

Samarinda belum sepadat sekarang. Warung Jinggo masih menggunakan lampu petromaks. Menghitungnyapun belum menggunakan kalkulator. Semua harga makanan, hafal di luar kepala. Buka malam hari, hanya menempati emperan toko.

Bila ingin jumpa dengan teman-teman kuliah, tak perlu memesan tempat yang mewah. Cukup janjian saja di warung Jinggo. Warung Jinggo bisa menjadi tempat kenangan. Bisa mempertemukan sahabat yang lama berpisah.

Konsep warung Jinggo ini yang berkembang sekarang. Banyak melibatkan pihak lain. Yang disajikan bukan hasil olahan sang penjual. Banyak pemegang ‘saham’ nya. Para pemegang saham inilah yang menyiapkan semua jenis kue maupun masakan setiap harinya. Mereka bisa mendapat penghasilan dari warung Jinggo. Warung Jinggo juga sudah sangat maju. Sudah tersebar di banyak tempat. Seperti jaringan waralaba. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB
X