Tarmizi Hakim

- Senin, 9 September 2019 | 18:41 WIB

KALAU saya menulis nama lengkap dr.Tarmizi Hakim, Sp.BTKV. Gelar yang dibelakang sebagai seorang dokter spesialis Bedah Thorak dan Kardiovaskuler. Pernah ke Berau. Juga pernah bermalam di Pulau Maratua. Saya bertugas sebagai ‘guide’ sejak tiba hingga kembali ke Jakarta.

Teman saya yang tinggal di Jakarta, lewat telepon menyampaikan rencana kunjungan para dokter ke pulau Maratua. Itu disampaikan 3 minggu sebelum tiba. Saya diminta memfasilitasi sekaligus menjadi  ‘guide’ nya. Guide freelance. Kalau dapat, menemani hingga ke Pulau Maratua.

Daftar nama disampaikan lewat WhatsApp, saya lalu tertarik untuk cari tahu satu persatu. Teman saya rupanya mau sedikit membuat kejutan. Ia hanya menyampaikan, mereka ini ‘bos-bos’. Memang saya terkejut. Apalagi di antaranya adalah dokter Ginting, salah seorang dokter kepresidenan era Pak Harto. Begitupun dokter Tarmizi Hakim.

Sempat saya bercerita dengan Pak Tarmizi, sebelum naik ke perahu cepat yang ditumpangi. Setidaknya suatu saat, bisa berkonsultasi dengan beliau sebagai profesi. Saya sedikit tersenyum kecut, beliau bilang begini. “Sebaiknya jangan bertemu dengan saya. Bersikaplah hidup sehat. Sebab, kalau sudah jumpa dengan saya, saya akan belah dadamu,” kata Pak Tarmizi sambil tersenyum.

Saya tidak lagi mau cerita bagaimana saya menjalankan tugas sebagai seorang guide. Lebih keren dengan sebutan pramuwisata. Juga tidak akan bercerita, bagaimana Pak Tarmizi dan rekan-rekan memuji nikmat dan segarnya ikan rebus, di warung tepi jalan. Juga memuji, bagaimana indahnya bawah laut Maratua yang dipandang saat melakukan Snorkling. Kalau nyelam, pasti lebih terpukau.

Beberapa lama sekembalinya ke Jakarta, sepertinya pak Tarmizi menaruh “dendam”. Saya  dapat kabar lagi, dari teman saya yang meminta saya bertugas jadi guide. Saya kira Pak Tarmizi minta dikirimkan ikan rebus dari warung tepi jalan. Atau foto-foto saat beliau di Maratua.

“Pak Tarmizi berminat investasi di bidang kesehatan,” kata teman saya. Badan saya serasa melayang. Apa ini dampak dari hasil kunjungan ke Maratua atau reaksi setelah Kalimantan Timur ditetapkan Pak Presiden sebagai Ibu Kota Negara (IKN) baru. 

Saya kira dua-duanya. Berau memang saat ini sangat memerlukan fasilitas pelayanan yang lebih modern.  Berau juga pada posisi penyangga IKN.

Bila perlu sebagai IKN, Berau bisa menjadi rujukan pelayanan kesehatan berkelas internasional. Sekelas Pak Tarmizi Hakim yang bertugas di RS Medistra Jakarta serta Pak Ginting, menjadi jaminan akan kemudahan mewujudkan rencana itu.

Data demografi Kabupaten Berau sudah saya kirimkan melalui WA. Juga salah satu bangunan yang tidak difungsikan, juga saya sampaikan detail luas lahan dan berbagai fasilitas yang dimilikinya. “Nanti saya sampaikan ke Pak Tarmizi, data yang sudah dikirimkan,” kata teman saya itu.

Dua skenario yang bisa dilaksanakan. Pertama melakukan investasi, dengan membeli lahan dan bangunan untuk ‘disulap’ menjadi rumah sakit. Rumah Sakit berstandar internasional. Kedua, melakukan pembicaraan dengan pemkab yang berencana membangun rumah sakit. Mungkin Pak Tarmizi bisa menjadi konsultan manajemen. Yang akan dibangun rumah sakit daerah. Kalau Pak Tarmizi ada di dalamnya, kelasnya kan menjadi lain.

Saya masih harus menunggu jawaban dari teman saya.  Katanya, ia akan membawa Pak Tarmizi ke Berau, bukan lagi untuk bersnorkling di Maratua, hanya mau melihat lahan dan bangunan seperti data yang saya kirimkan. Saya jadi semakin bersemangat.

Menjadi seorang guide tentu tidaklah mudah. Harus punya bekal cerita di hampir seluruh sudut daerah di mana berdomisili. Harus punya banyak cerita. Ada juga teman saya, berhasil menjadi guide. Hehe, ia sekaligus ‘menggaet’ wisatawan yang datang untuk dijadikan istrinya. Hebat kan.

Tugas saya memberikan gambaran sebelum tiba di lokasi yang ingin dikunjungi.  Menjawab, apa yang menjadi rencana pembangunan ke depan. Juga mencarikan tempat makan yang enak dan sehat.

Pak Tarmizi Hakim, betul-betul sempat membuat saya panas dingin, selama bertugas jadi guide.Ya itu tadi, ketika saya bertanya tempat praktik di Jakarta. Masih terngiang jawaban Pak Tarmizi, agar tidak berhubungan dengan beliau. Kalau sudah di tangan beliau, siap-siap dada dibelah. Hehe, Pak Tarmizi kok gitu. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB
X