Harga Lada Masih Anjlok

- Rabu, 11 September 2019 | 19:02 WIB

TANJUNG REDEB – Harga komoditi lada di Kabupaten Berau dua tahun terakhir mengalami penurunan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan dan keluhan petani lada di Berau.

Menurut Kepala Bidang Produksi, Dinas Perkebunan Berau, Iwan, anjloknya harga lada ini imbas dari pasar dunia. Dalam hal ini, Vietnam disebut-sebut sebagai negara yang mengontrol harga lada kelas dunia.

Hasil pantauan harga jual lada per September 2019 yang dilakukan Dinas Perkebunan, berkisar Rp 48.000 per kilogram.

Dikatakan Iwan, beberapa tahun terakhir ini, produksi lada Vietnam memang cukup besar. Dan menjualnya ke seluruh dunia dengan harga yang cukup murah. Karena itu, mau tidak mau petani lada di Indonesia pada umumnya, Berau khususnya harus mengikuti.

"Soalnya kita menjual produk yang sama. Kalau kita paksakan menjual di atas harga yang sudah mereka patok, jelas kita kalah dan sudah pasti tidak ada yang mau beli," jelas Iwan, Selasa (10/9).

Menurutnya, penurunan harga lada ini masalahnya bukan pada kualitas. “Kalau kualitas, lada hasil petani kita cukup bagus kok," ujarnya.

Sekretaris Disbun, Amran, membenarkan jika kualitas produk lada petani di Berau sudah cukup bagus. Hanya saja, adanya persaingan seperti saat ini, petani kembali diminta untuk meningkatkan kualitas lada. Berikut dengan besaran produksi dan pengolahan lada pasca-panen. Melalui upaya tersebut, diharapkan hasil produksi jauh lebih baik. Entah dari besaran produksinya ataupun kualitas lada.

Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Berau, pada 2019 perkebunan lada di Berau terdata seluas 2.543 hektare dengan jumlah produksi mencapai 942.701 kilogram. Sementara jumlah petani lada sampai saat ini sebanyak 2.618 orang.

Terkait pasar, diakui Amran hingga kini pemasaran lada dilakukan secara mandiri oleh petani. Sehingga harga lada hanya mengikuti hukum pasar.

“Harga lada ditentukan oleh pasar. Kami tidak bisa menentukan dalam lingkungan kabupaten. Karena ini pasar bebas. Tidak ada penekanan maupun intervensi dan ini masalah pasar dan kualitas,” tuturnya.

Menurutnya, jika harga turun, pemerintah tidak berhenti melakukan pengembangan. Harga yang fluktuatif ujarnya wajar. Dia berharap, produksi lada Berau mampu menembus persaingan pasar dengan jumlah lebih banyak. (*/plp/har)

 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X