Jerebu

- Sabtu, 14 September 2019 | 13:54 WIB

MASIH ingat peristiwa yang sama tahun 2015 lalu? Situasinya sama seperti dalam pekan-pekan terakhir ini di Tanjung Redeb. Asap tebal membuat jarak pandang terganggu. Belasan penerbangan dari dan ke Bandara Kalimarau juga dibatalkan.

Ada video pendek berdurasi 3 menit, beredar di media sosial. Dalam video itu, terdengar suara perempuan yang memberikan narasi situasi kebakaran lahan di kawasan Tumbit Dayak, Kecamatan Sambaliung. Asapnya sangat tebal.  Bahkan api sudah merembet hingga ke jalan raya. Video ini jadi viral, bagaimana hebatnya kejadian kebakaran lahan di Berau.

Kebakaran yang terjadi di beberapa titik, diduga memberikan kontribusi asap tebal yang hampir rata mengurung wilayah Berau.

Di Lapangan Batiwakkal kemarin, ada hajatan besar yang digagas Bankaltimtara. Semua persiapan sudah dilakukan. Undangan juga sudah beredar. Pedagang sejak siang sudah menata barangnya di luar pagar lapangan. Teman-teman di Bankaltimtara menggagas acara dengan tema ‘Harmoni Cinta’.

Kelompok musik Padi yang akan tampil.  Panggung beserta videotron sudah beberapa kali dicoba. Soundsystem juga sesekali mendengung kencang. Apa mau dikata, hingga pukul 17.00 Wita, rombongan grup musik Padi belum juga tiba di Berau.

Alasannya, pesawat yang sedianya akan membawa ke Tanjung Redeb, batal terbang. Jarak pandang di Bandara Kalimarau terbatas. Karena alasan ini, pastilah warga yang ingin sekali menyaksikan penampilan Padi sedikit sedih, tapi memahami situasi.

Teman-teman di Bankaltimtara juga tak nyaman hati. Pak Aris dan seluruh jajarannya, tak kuasa menyembunyikan rasa sedihnya. Mereka tak bisa berbuat apa-apa. Ini semua di luar dugaan. Asap tebal dari hari ke hari terus semakin pekat. Bisa jadi asap kiriman, ditambah asap lokal.

Yang merasa khawatir, juga teman-teman panitia peringatan Hari Jadi Kabupaten Berau. Acaranya dipusatkan di Lapangan Pemuda. Juga akan mengundang kelompok musik Geisha. Kalau asap tebal tidak berubah, kemungkinan kelompok musik ini akan mengalami nasib yang sama.

Petang kemarin, Jumat (13/9), saya sengaja berkeliling di ruang jalan utama di Tanjuung Redeb. Warga seakan tak peduli dengan kondisi udara yang menurut saya, kualitasnya tidak baik bagi kesehatan. Warga asyik saja berkendaraan tanpa menggunakan masker.

Di sepanjang tepian Jalan Pulau Derawan, tak jauh berbeda. Padahal sangat jelas Kecamatan Gunung Tabur yang biasanya nampak jelas, terhalang kabut asap. Kapal Tugboat yang menarik ponton berisi batu bara, terlihat samar-samar.

Warga dengan santainya, menikmati udara sore sambil bercengkrama menikmati segelas minuman dingin. Ada saja yang paham akan kondisi cuaca, nampak masker terpasang di bagian mulut dengan warna yang berbeda.

Teman saya, seorang dokter, mengaku khawatir dengan kondisi cuaca yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini. Warga, kata teman saya, sebaiknya memilih berada di rumah saja.  Kalau juga akan bepergian dengan kendaraan ataupun berjalan kaki, sebaiknya menggunakan masker. Berbahaya bagi kesehatan, terutama bagian pernapasan.

Saya tak bisa membayangkan, bila tak ada perubahan kondisi asap, penerbangan ke Kalimarau akan tertutup. Entah berapa lama.  Asap yang sangat pekat, jarak pandang terbatas.  Bandara Kalimarau walau dilengkapi dengan lampu runway, tetap saja tak bisa menembus pekatnya asap.

Kondisi asap membuat kita semua prihatin. Aktivitas pasti terganggu. Pada tingkat kualitas udara yang mengkhawatirkan, bisa saja anak-anak sekolah diliburkan. Ini tak lain, untuk menjaga kesehatan mereka.

Saya sempat bingung, ketika saya bercerita soal asap. Anak saya selalu menyela dengan menyebut kata ‘Jerebu’. Saya sempat gagap juga. Maksud anak saya apa.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X