Buka Bungkus

- Selasa, 17 September 2019 | 12:49 WIB

ISTILAH buka bungkus biasanya disebut untuk barang baru. Barang yang baru dibeli dari toko yang kemasannya belum dilepas. Kalau sepatu, masih dalam kotak. Bila kendaraan, kursi dan interiornya juga masih dalam keadaan terbungkus plastik.

Saat asap masih menyelimuti kota, dan bandara sudah sekian hari tak ada kegiatan datang dan berangkatnya pesawat. Maka, sebutan buka bungkuspun ikut berubah. Bukan lagi untuk barang-barang yang baru dari toko. Tapi, ini sebagian barang yang ada di gudang kargo bandara.

Hari Minggu (15/9), saya memang berkeliling kota hingga mengarah ke kawasan Bandara Kalimarau. Ingin tahu, aktivitas apa saja yang terjadi di saat kondisi cuaca seperti sekarang. Saya memang dapat informasi,  pesawat tak masuk.

Pekan lalu saya memesan mi kering dan jagung dari Makassar. Ini pesanan istri saya yang mau menjual Mi Titi dan Bassang alias Bubur Jagung. Biasanya hanya butuh waktu tiga hari. Saya coba menanyakan di bagian kargo bandara. “Untuk tiga hari terakhir, belum ada barang yang masuk,” kata petugas kargo.

Beruntung pesanan saya itu berupa mi dan jagung. Andai saja pesan Nyuk Nyang seperti teman saya Ilyas, yang buka warung Sarabba di Jalan Pemuda. Tidak tahu apa jadinya.

Melihat petugas kargo mengeluarkan paket yang akan dikirim. Isinya ikan bawal super. Ikan yang paling saya sukai. “Ikan ini mau dikirim ke Jakarta, Pak,” kata petugas. Karena pesawat tidak masuk, petugas terpaksa buka bungkus. Dalam kotak berisi ikan dan es curah. Esnya mulai mencair, terpaksa harus dikemas ulang.

Sempat menanyakan siapa pengirimnya. Ada hasrat untuk membeli. Syukur-syukur bila pemiliknya saya kenal, bisa gratis. Kejadian asap ini saya lalu berpikir, bandara kan salah satu pintu keluarnya hasil perikanan dan pertanian.

Sebaiknya, gudang kargo juga dilengkapi dengan ruang pendingin. Sebagai salah satu bentuk layanan jasa pengiriman barang. Kalau ada ruang pendingin, kualitas hasil perikanan bisa tetap terjaga.

Teman saya Pak Doni, yang juga bergerak di bidang usaha perikanan (udang lobster), setiap pekan  mengirimkan puluhan kilogram udang lobster ke berbagai daerah. Ada waktu 8 jam, barang sudah harus diterima. Kalau cuaca seperti ini, tak bisa mengirimkan udang lobster. Kalau juga terlanjur di gudang, harus dibuka lagi.

Sebetulnya, peluang untuk mengirim hasil perikanan dalam jumlah besar bisa dilayani. Bila tak salah, kontainer yang dikelola Pelindo, di antaranya ada yang dilengkapi dengan alat pendingin. Ini yang bisa digunakan, baik untuk keperluan domestik, maupun ekspor hasil perikanan. Karenanya, kontainer yang ada lebih banyak pulang kosong. Ada beberapa, hanya diisi besi tua.

Tapi, ada juga yang menyambut riang, di saat cuaca yang buruk seperti sekarang. Ada edaran dari kantor Dinas Pendidikan yang meliburkan anak sekolah selama tiga hari. Pertimbangannya, karena kualitas udara dikhawatirkan mengganggu kesehatan para pelajar.

Saya sampaikan ke anak saya. Bahwa tiga hari ke depan sekolah diliburkan. Saya tertawa melihat respons anak saya. Harusnya bertanya apa alasannya. Sebab, katanya hari Senin (16/9) itu akan ada ulangan. Ini tidak, langsung direspons dengan gerakan kekinian “Alhamdulillah, yess,” kata anak saya sambil mengepal tangannya.

Kalau prediksi BMKG, cuaca mulai membaik pada hari Selasa (17/9). Jarak pandang di bandara sudah bisa mendekati angka 5 ribu meter. Saya dan petugas kargo akan tersenyum. Setidaknya, tak lagi ada pekerjaan buka bungkus paket berisi ikan segar maupun udang lobster.

Sayapun tidak gelisah lagi, menunggu kiriman mi kering dan jagung. Langganan Mi Titi dan Bassang, sudah pada bertanya-tanya. Kapan bisa mulai pemesanan. Hehe, sabar ya pelanggan. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB

Pemotor Terlempar 25 Meter setelah Diseruduk Mobil

Kamis, 18 April 2024 | 07:50 WIB

Pertamina Kirim 18 Ton BBM ke Kutai Barat

Rabu, 17 April 2024 | 18:00 WIB
X