Lahan Terbakar, Seluas Mata Memandang

- Rabu, 18 September 2019 | 17:27 WIB

TANJUNG REDEB- Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) diperkirakan masih terjadi. Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Berau kemarin (17/9), sebaran titik panas atau hotspot mencapai 48 titik yang tersebar di 9 kecamatan, Selasa (17/9). Yang terbanyak, 11 titik di Kecamatan Segah.

Melihat kondisi itu, Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, bersama Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Thamrin, melakukan peninjauan lokasi karhutla yang terjadi di Kecamatan Tabalar, kemarin.

Didampingi aparat kepolisian dan TNI, Agus memantau langsung proses pemadaman yang dilakukan petugas. "Pembakarnya telah diamankan pihak kepolisian dan saat ini sudah ditahan," katanya saat diwawancarai di sela-sela pemantauan kemarin.

Dari pengamatannya dan laporan dari masyarakat, lokasi karhutla memang sangat sulit diakses. Memang tidak diketahui pasti, berapa luasan hutan yang terbakar. Namun jika melihat di lapangan, seluas mata memandang semuanya sudah menjadi abu.

Mengenai status lahan yang terbakar, Agus menyebut masuk dalam kawasan area penggunaan lain atau APL. Namun, lanjut dia, ada warga yang merasa memiliki lahan tersebut, yang diduga berniat menjadikannya perkebunan kelapa sawit. “Sehingga praktisnya, setelah lahannya kering, mereka bakar,” katanya.

Untuk memadamkan karhutla, lanjut dia, personel BPBD Berau kerap menemui kesulitan. Sebab banyak karhutla yang terjadi di kawasan yang sulit dijangkau mobil pemadam kebakaran (damkar).

"Jadi harus membuka jalan dulu supaya mobil pemadam bisa lewat," ucapnya.

Tindak lanjut setelahnya, wabup berencana mengundang aparat Polres Berau, Kodim 0902 TRD, Skadron 13/Serbu, dan pihak terkait lainnya, untuk menggelar rapat karhutla hari ini (18/9).

Khusus untuk skadron, turut diundang untuk kembali mengajukan peminjaman helikopter untuk melakukan penanganan karhutla dari sisi udara. "Hanya saja memang perlu alat (untuk memadamkan api dari udara). Tapi saya pikir tidak apa-apa kita beli, dibandingkan besarnya kerugian yang dialami masyarakat akibat karhutla ini," katanya.

Sementara bagi pelaku pembakar yang telah diamankan aparat, wabup juga mengapresiasinya. Sebab tindakan hukum tegas juga menjadi bagian dari upaya penanganan jangka pendek, karena akan membuat pelaku jera dan sebagai peringatan bagi warga lainnya. “Tujuh orang yang diamankan dan KTP-nya tercatat sebagai warga Tarakan,” terangnya.

 

Terpisah, Bupati Berau Muharram sangat menyayangkan terjadinya karhutla yang membuat munculnya asap pekat.

Menurut, dalam kurun 3 tahun terakhir, bencana kabut asap sudah tak terjadi lagi di Berau. “Bisa jadi karena ini musim tanam (jadi banyak yang membakar lahan). Ditambah tidak ada hujan, sehingga menyebabkan kabut asap dan membutuhkan waktu lama untuk hilang," ujar Muharram.

Diakuinya, wilayah Berau yang luasannya masih didominasi kawasan hutan. Ditambah sebagian besar masyarakat yang masih bercocok tanam secara tradisional, menggunakan sistem bakar untuk membuka lahan.

“Sebenarnya kami juga sudah antisipasi, dengan menempatkan mobil pemadam di setiap kecamatan. Cuma ketika yang terbakar hanya punya jalan setapak, yang tidak memungkinkan mobil pemadam masuk, otomatis pemadamannya dilakukan dengan cara manual,” terangnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB
X