Bencana Asap Sudah Meresahkan, tapi Belum Masuk Kategori Darurat

- Jumat, 20 September 2019 | 17:46 WIB

KABUT asap yang menyelimuti langit Berau beberapa hari terakhir, belum bisa diperkirakan kapan akan berakhir. Apalagi, kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan munculnya asap, juga masih banyak terjadi di Bumi Batiwakkal. Untuk memadamkannya, ratusan masyarakat Berau berkumpul di halaman Masjid Agung Baitul Hikmah, mendirikan salat Istisqa, memohon kepada Allah SWT agar menurunkan hujan yang akan memadamkan karhutla, sekaligus menghilangkan kabut asap.

///////////////////

TIDAK seperti pagi biasanya. Halaman Masjid Agung Baitul Hikmah di Jalan APT Pranoto Tanjung Redeb, disesaki umat muslim, Kamis (19/9) pagi kemarin. Tanpa dikomando, ratusan jamaah yang datang langsung menyusun saf rapi yang memisahkan jamaah laki-laki dan perempuan.

Bupati Berau Muharram dan Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, juga tampak dalam barisan saf di bagian depan. Setelah menunaikan salat memohon turunnya hujan bersama masyarakat, Muharram turut menyampaikan khotbahnya kepada jamaah.

“Memohon kepada Allah SWT supaya hujan bisa turun. Terlebih ini adalah salah satu cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ketika ada bencana kemarau yang menimpa, maka ini (salat Istisqa) jadi salah satu cara untuk memohon diturunkannya hujan,” ujarnya usai salat.

Dikatakan Muharram, selain berikhtiar dengan cara berdoa, juga harus diiringi dengan upaya-upaya preventif yang dilakukan masyarakat. Dengan cara menjaga lingkungannya.

Dikatakan, kondisi seperti ini juga pernah terjadi di Berau 2015 lalu. Kondisinya juga sudah cukup parah. “Karena hampir dua pekan tidak ada penerbangan (saat karhutla 2015). Dan saat itu, (masyarakat juga menggelar) salat Istisqa di pagi hari, sore harinya turun hujan dan pesawat bisa mendarat,” terangnya.  

Dari sisi pemerintahan, juga terus berkoordinasi memantau titik-titik karhutla dan upaya pemadamannya. Mulai dari tingkat kampung, kecamatan, hingga kabupaten.

Penanganan karhutla juga tak terlepas dari keterlibatan aparat TNI, Polri, dan masyarakat peduli api, yang dalam beberapa hari terakhir, selalu berjibaku dengan kobaran api di beberapa kecamatan.

“Setiap kecamatan itu sudah kita siapkan mobil pemadam kebakaran. Hanya saja, kesulitannya jika daerah tersebut (titik kebakaran) sulit terjangkau oleh kendaraan,” bebernya.

Namun, tetap saja diakui Muharram, menjelang musim tanam. Masyarakat terkadang melakukan pembakaran lahan. Dengan niatan awal, hanya sekadar membakar seluas area yang akan dijadikan lahan pertanian atau perkebunan. Namun karena cuaca terik dan lahan kering, ditambah embusan angin yang kencang, tidak menutup kemungkinan akhirnya api mudah membesar dan merembet ke lahan di sekitarnya.

“Yang merembet ini jika sudah kena lahan gambut seperti di Segah. Untuk memadamkannya cukup sulit. Terlebih di daerah yang tidak memungkinkan kendaraan pemadam masuk. Menggunakan helikopter pun, dengan kabut seperti ini tidak bisa terbang,” katanya.

Kendati demikian, Muharram menegaskan setelah memimpin rapat koordinasi dengan berbagai pihak, status tanggap darurat belum saatnya ditetapkan. “Setelah rapat koordinasi, kami anggap bencana asap ini belum layak disebut sebagai tanggap darurat. Belum sampai ke situ,” terangnya.

Diketahui, dalam salat Istisqa kemarin, turut melibatkan unsur Majelis Ulama Indonesia, organisasi masyarakat Islam, pelajar dan mahasiswa, serta beberapa komponen-komponen masyarakat lainnya. (mar/udi)

 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Disediakan Duit Rp 800 Juta untuk Tugu PKK Bontang

Selasa, 19 Maret 2024 | 08:15 WIB

Kapolda-Pangdam  Blusukan Salurkan Bansos

Senin, 18 Maret 2024 | 19:42 WIB

Itulah Hakim Progresif

Senin, 18 Maret 2024 | 09:54 WIB
X