Teater AKBS SMA 1 Sapu Bersih Penghargaan

- Selasa, 24 September 2019 | 14:12 WIB

Bisa menyapu bersih penghargaan dari cabang penata festival teater tingkat nasional, tentu bukan perkara mudah. Butuh 11 tahun bagi Teater AKBS SMA I Berau, menyapu bersih penghargaan di Festival Teater Remaja Nusantara 4 (#FTRN4) yang digelar 15-22 September lalu.

SUMARNI, Tanjung Redeb

SEBANYAK 13 laki-laki dan 6 siswa perempuan, diboyong untuk mengikuti #FTRN4 tingkat Nasional di Institut Seni Indonesia, yang  diselenggarakan oleh HMJ Teater ISI Jogjakarta. Hasil yang sangat memuaskan dipersembahkan pelajar SMA 1 Berau di ajang itu. Karena teater AKBS mampu meraih semua penghargaan, mulai dari penata musik terbaik, penata artistik terbaik, aktor pembantu terbaik, aktor terbaik, aktris pembantu terbaik, sutradara terbaik, serta menjadi penyaji terbaik 1.

Karyani Tri Tialani yang dibantu Umi Saroh sebagai pembina teater AKBS SMA 1 menjelaskan, capaian tersebut merupakan hasil evaluasi dari keikutsertaan pada festival yang sama tahun 2017 lalu. Sejak dua tahun lalu, pihaknya melakukan pembenahan mendalam. Mulai dari pembentukan konsep, membedah naskah yang akan ditampilkan, seleksi aktor dan aktris, hingga memilih penataan yang tepat, yang semuanya dikolaborasikan di atas panggung pertunjukkan.

Sebelum bertolak ke Jogjakarta beberapa waktu lalu, Karyani bukannya tanpa kendala. Namun berkat kerja keras dan kebersamaan timnya, semua kendala bisa diatasi.

“Kendala lain, kebetulan kami juga akan mewakili Kaltim dalam festival lomba seni siswa tingkat nasional (FLS2N) cabang monolog. Dan waktunya hampir bersamaan,” katanya kepada Berau Post kemarin (23/9).

Persiapan yang dilakukan bersamaan, membuatnya sebagai pembina cukup keteteran.

Datang ke Jogja dengan niat untuk menanamkan karakter dalam sebuah pertunjukan, akhirnya berbuah manis. Dengan berbagai penghargaan yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Sebab dirinya hanya bertujuan untuk menanamkan kecintaan anak-anak asuhnya pada kesenian, budaya, dengan disiplin dan kebersamaan. “Karena teater itu sebuah pertunjukan yang harus bahagia, teater adalah sebuah kebahagiaan dalam sebuah pertunjukan,” terangnya.

“Maka saya sebagai pembina harus menyatukan dulu rasa yang ada di antara kami, keunggulan-keunggulan kami. Sampai saat ini, selama saya membina dari 2007, alhamdulillah prestasi-prestasi terus mengalir, baik tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional,” kata perempuan kelahiran Bandung, 22 Juni tahun 1977 itu.

Walau banyak prestasi yang sudah dicapai, dirinya selalu menekankan kepada anak didiknya agar tidak besar kepala.

“Jangan puas dengan hasil yang didapat, jadikan keberhasilan yang didapat sebagai cambuk supaya terus semangat, gigih dan bergairah dalam berkarya. Tak ada karya yang jelek. Kita semua kolektif dalam berkesenian,” tuturnya. (*/udi)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X