Harga Batu Bara Terus Melemah, Banyak Yang Waswas

- Kamis, 26 September 2019 | 19:02 WIB

TANJUNG REDEB – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) per September 2019 sebesar US$ 65,79 per ton. Angka itu merosot hingga 9,46 persen dari posisi Agustus yang masih di level US$ 72,67 per ton.

Pelemahan harga batu bara, turut menimbulkan kekhawatiran. Kekhawatiran akan memberi imbas pada perlambatan perputaran ekonomi di Bumi Batiwakkal, seperti yang terjadi medio 2015 lalu, saat harga batu bara juga anjlok di pasar dunia.

Menurut Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, sektor pertambangan batu bara masih menjadi penyumbang terbesar dalam struktur keuangan daerah. Dijelaskannya, dari royalti yang dibayarkan perusahaan batu bara ke pemerintah, akan dikembalikan ke daerah dalam struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Berau.

“Kalau ditanya khawatir, ya pemkab pasti khawatir. Apalagi kejadian tiga sampai empat tahun lalu (saat harga batu bara anjlok) terulang kembali,” katanya kepada Berau Post.

Begitu pentingnya sektor batu bara terhadap perekonomian Berau saat ini, karena hampir 61 persen dari APBD Berau berasal dari sektor batu bara. Sehingga menurut wabup, apabila harga batu bara turun, maka royalti yang disetorkan perusahaan emas hitam ke pemerintah juga akan menurun. “Akibatnya dana yang diterima pemerintah daerah pasti akan turun,” tuturnya.

Kondisi itu disebut Agus sudah mulai terasa. Sebab banyak perusahaan batu bara yang mulai melakukan pengurangan tenaga kerja. Pasalnya, pihak perusahaan akan menerapkan pengurangan produksi batu bara. Efeknya, pengangguran di Berau akan mengalami peningkatan.

Pemkab pun dikatakannya, tak bisa semata-mata menyalahkan pihak perusahaan. Atas terjadinya pengurangan tenaga kerja itu. “Karena harga batu bara tadi turun, maka produksi mereka turun, dan itu berefek pada pengurangan tenaga kerja,” katanya.

“Sementara batu bara sendiri merupakan komoditi internasional. Sehingga harga acuannya diterapkan di seluruh negara,” sambungnya.

Makanya, Pemkab Berau selama ini terus berusaha mengembangkan sektor pariwisata, sebagai penopang perekonomian daerah selanjutnya. Itu dilakukan untuk secara perlahan melepaskan ketergantungan pada sektor batu bara. Karena emas hitam tersebut, salah satu sumber daya alam yang tidak terbarukan. “Itu sebabnya saya getol menaikkan sektor pariwisata. Seharusnya orang-orang juga mulai paham. Pariwisata ini potensinya besar untuk dikembangkan,” tuturnya.

DAMPAKNYA BELUM TERASA

Batu bara memang menjadi salah satu sektor utama penopang keuangan daerah. Namun menurut Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) Berau Lita Januarti Hakim, dalam catatan produk domestik regional bruto (PDRB), banyak sekali faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Bumi Batiwakkal. Bukan semata-mata fluktuasi harga batu bara.

Namun diakuinya, BPS memang tidak memiliki data terkait pergerakan harga batu bara. Namun terus meng-input data produksi batu bara yang dilakukan setiap perusahaan pertambangan. Sehingga dari asumsinya, jika produksi perusahaan batu bara menunjukkan tren penurunan, maka kekhawatiran akan terjadinya pengurangan tenaga kerja dan lainnya, bisa benar adanya.

“Tapi sekarang belum. Perusahaan belum mengurangi jumlah produksinya,” terangnya.

Dari data pihaknya tahun 2018 silam, sektor baru bara memang masih menjadi unggulan. Karena menjadi penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi di Berau yang mencapai 60 persen. “Tapi saat ini, sektor perkebunan kelapa sawit juga semakin meningkat. Termasuk industri makanan,” ucapnya.

Sementara tahun 2016 lalu, pertumbuhan ekonomi di Berau pernah mengalami minus 1,7%. Itu disebabkan oleh pelemahan harga batu bara yang terjadi sejak tahun 2015.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X