Dijual ke Pengepul, Tolak Investor Masuk

- Senin, 30 September 2019 | 10:28 WIB

BERADA di pelosok pedalaman, bukan berarti tak memiliki apa-apa. Meski diselimuti hijaunya pepohonan dan ditemani hewan-hewan liar. Nyatanya logam mulia berupa emas malah muncul dari hulu Sungai Kelay di Kampung Long Sului.

Anjing-anjing jinak, berkeliaran di lingkungan permukiman. Pagi itu, di kampung pedalaman yang belum dilengkapi banyak fasilitas dari pemerintah. Masyarakat tampak santai di pekarangan rumah mereka.

Di sebuah rumah berwarna hijau, dengan sebuah warung di satu sisinya, seorang perempuan muda tampak tengah sibuk melayani pembeli secara bergantian. Tak ada waktu untuk bersantai. Ia menjual berbagai bahan kebutuhan pokok. Juga menjual madu yang langsung diambil dari sarang lebah di tengah hutan.

Wanita itu bernama Non Ce. Berusia 27 tahun dan memiliki seorang anak yang tengah menempuh pendidikan di Tanjung Redeb.

Di balik kesibukannya melayani pembeli, Non Ce mempunyai pekerjaan lain. Ia adalah satu di antara pengepul emas di Kampung Long Sului. “Sudah lama (jadi pengepul, red). Karena orangtua juga sebelumnya begitu,” katanya dengan malu-malu.

Saat itu, kegiatan jual beli emas dikatakannya memang tengah sepi. Air sungai tengah keruh. Otomatis aktivitas pendulangan emas yang dilakukan masyarakat terhenti. Termasuk Non Ce sendiri. Ia mengaku sekali-kali turut mendulang emas.

Untuk mengisi waktu luang, wanita penyuka olahraga tenis meja ini mengungkapkan, masyarakat di kampungnya akan kembali ke tradisi suku Dayak pada umumnya. Yaitu berladang.

Sebagai pengepul emas, dirinya menceritakan tidak setiap hari masyarakat di Kampung Long Sului menjual emas yang didapatnya. Kebanyakan, masyarakat hanya menjual bijih emasnya apabila keuangannya tengah ‘seret’.

“Rata-rata satu sampai lima gram mereka jual. Tapi ada juga yang lebih dari itu,” ucapnya, saat berbincang dengan Berau Post di kediamannya, beberapa waktu lalu.

Harga beli emas yang ditawarkannya, juga mengikuti tren pergerakan harga emas di perkotaan. Saat itu, dia berani membayar Rp 460 ribu untuk per gram bijih emas dari masyarakat. Harga itu sama dengan pengepul lainnya. Meskipun mereka tak saling berkoordinasi untuk hal itu.

Sebulan sekali, ia pun turun ke kota, tepatnya ke Tanjung Redeb. Untuk menjual kembali logam mulia yang telah dia beli. Dengan membawa emas hingga 100 gram. Setiap gram emas yang dia bawa, dihargai Rp 550 ribu. “Sudah ada juga langganan tetap buat jual emas di Tanjung Redeb,” ujarnya.

Di rumah yang berbeda, berjarak 100 meter dari kediaman Non Ce. Pemiliknya bernama Isai. Dia juga merupakan pengepul emas sejak tahun 2009 silam. Ia menuturkan, dalam sehari biasanya ada satu hingga dua orang yang menjual emas kepadanya. Dengan rata-rata di bawah satu gram.

Meskipun begitu, pria dengan tinggi 171 sentimeter ini menceritakan, ada juga masyarakat yang menjual langsung ke toko emas di Tanjung Redeb. Biasanya, masyarakat yang langsung menjual ke toko emas di Tanjung Redeb, jumlahnya mencapai ratusan gram.

Karena jika menjual dalam jumlah sedikit, tidak sebanding dengan biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk menuju Tanjung Redeb. Karena untuk ongkos ketinting dari Long Sului menyeberang ke Long Lamcin, sudah menghabiskan biaya Rp 500 ribu sekali menyeberang. Artinya ongkos ketinting untuk pulang-pergi mencapai Rp 1 juta. Belum biaya transportasi menggunakan angkutan plat hitam, yang sering disebut taksi luar kota oleh masyarakat setempat. “Makanya banyak yang tidak mau repot, jual ke saya atau pengepul lain,” katanya sambil menyebut selain dirinya, masih ada lima warga lain yang menjadi pengepul di kampung tersebut.

Sementara itu, Penjabat Kepala Kampung Long Sului, Nuril Huda menyebutkan, aktivitas pendulangan emas memang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Serta telah menjadi penghasilan utama masyarakat selain berladang.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X