Teman Baru

- Sabtu, 5 Oktober 2019 | 11:04 WIB

PERMINTAAN yang tinggi akan listrik di Pulau Maratua dan pesisir pantai menjadi inspirasi untuk membangun pembangkit listrik. Tapi persoalan lingkungan jadi pertimbangan jika pembangkit itu menggunakan bahan bakar batu bara.

Gagasan itu diutarakan teman saya ketika bertemu di salah satu rumah makan. Ia ingin sekali berinvestasi di bidang kelistrikan di pulau wisata Maratua yang ramah lingkungan. Energi baru dan terbarukan.

Salah satu pilihannya adalah jenis Kaliandra Merah (Caliandra Callothyrsus). Lahan di Pulau Maratua tak mungkin untuk menanam pohon Kaliandra. Harus ditanam di tempat lain, lalu diangkut ke Maratua.

Sebagai gambaran, untuk mendukung pembangkit kapasitas 0,5 Mega Watt (MW), diperlukan lahan sekitar 200 hektare. Teman saya itu memperkirakan kebutuhan di Maratua hingga 5 tahun ke depan sekitar 5 MW. Awalnya 5 MW dulu. Kan bisa dikembangkan. Seperti di PLTU Lati yang awalnya 2x7 MW.

Setelah pertemuan itu, saya tak pernah lagi mendapat kabar berita. Apakah ia sedang mencari lahan di wilayah pesisir pantai yang juga menjadi target membangun power plant atau rencana teman saya tenggelam.

Kaliandra jenis tanaman perintis yang mudah dan cepat tumbuh. Walaupun tanah miskin hara, miskin air, dan bisa menyuburkan tanah melalui fiksasi Nitrogen dalam tanah.

Saya juga pernah mendengar cerita teman saya dari Madura. Di lahan yang tidak terlalu luas, ditanami Kaliandra merah. Awalnya ragu mau dijual ke mana. Belakangan mereka justru menyesal tidak sejak dulu menanamnya.

Harga jual Kaliandra sekitar Rp 550 ribu setiap 1,5 ton. Daunnya bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sekarang banyak warga yang mulai menanam. Yang membeli juga jelas. Ada perusahaan yang menjadikan sebagai bahan baku pelet kayu (wood pellet).

‘Kebun Energi’ ini bisa juga dikembangkan di Berau. Lahannya masih luas. Apalagi bila perusahaan tambang batu bara yang akan melakukan reklamasi memilih Kaliandra sebagai tanaman pengganti. Bisa menjadi kesibukan baru kalau itu diserahkan pada masyarakat lingkar tambang.

Memang belum ada pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar pellet kayu. Bahan bakar Biomassa ini bisa menjadi pengganti batu bara yang lebih ramah lingkungan. Emisi CO2 yang dikeluarkan sangat rendah. Kalorinya sekitar 4000 dan sangat panas serta mudah terbakar.

Mungkin menanam Kaliandra di lahan yang kosong dan tidak terpakai bisa di kampanyekan. Bila itu dimulai, saya mungkin bisa menelusuri keberadaan teman saya dan menyampaikan informasi itu.

Bila tidak jumpa, jangan pesimis ke mana akan menjual. Akan ada perusahaan yang melakukan penanaman Kaliandra secara besar-besaran.

Saya beberapa kali bertemu teman baru. Baru kenal 4 bulan terakhir ini. Belum diajak (suatu saat diajak) untuk melihat perencanaan kawasan yang akan ditanami Kaliandra. Katanya luas, bahkan luas sekali.

Bukan hanya menanam Kaliandra, teman baru saya itu sekaligus akan membangun industri pellet kayu. Lahannya untuk membangun industri pellet kayu sudah siap. Sudah dibersihkan. Juga sedang berhitung-hitung dengan pihak bank. Investasinya lumayan besar.  Menggunakan teknologi Cina.

Kalau ini terlaksanakan, Berau akan menjadi salah satu daerah penghasil pellet kayu terbesar. Ini juga menjadi langkah siap-siap jika ibu kota Negara benar-benar pindah ke Kaltim. Pasti akan bermunculan pembangkit yang berbahan bakar ramah lingkungan. Juga dipersiapkan untuk memenuhi permintaan negara lain.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X