Maunya yang Besar

- Selasa, 8 Oktober 2019 | 15:04 WIB

MASIH ingat kejadian Oktober 2015 lalu? Kasus yang menyebabkan matinya ribuan ikan yang dipelihara dalam keramba. Peristiwa itu baru pertama kali terjadi dan cukup menarik perhatian.

Kalau mengingat itu, pengusaha ikan air tawar sistem keramba jadi trauma. Mereka bahkan butuh waktu 12 bulan untuk memulai kembali. Dari awal lagi. Memulai dengan memelihara anak ikan yang berumur mingguan.

Saya tidak bermaksud mengingatkan peristiwa itu. Bagaimanapun, kondisi  air Sungai Segah menjadi penentu keberlangsungan pengusaha ikan air tawar. Jumlahnya ada puluhan petak keramba. Posisi di depan kantor Inhutani menjadi pilihan. Pertimbangannya, pergerakan air yang membantu ikan tumbuh.

Minggu (6/10) lalu saya sengaja mampir. Tertarik dengan tawaran kolam plastik. Sepertinya saya bisa membuat kolam plastik di halaman rumah. Di kolam itu ribuan anakan Lele disimpan.

Hebat juga teman saya. Dia petugas penyuluh lapangan Dinas Perikanan. Selain memberikan bimbingan, dia juga bisa memberikan contoh dari apa yang ia kerjakan. Mulai kolam plastik juga pemeliharaan dengan sistem keramba.

Teman saya dibantu sang istri. Saat saya datang, ada calon pembeli yang berminat dengan anakan Lele. Usianya masih dua mingguan. Didatangkan dari Surabaya. Sudah tidak stres lagi, karena telah menjalani proses pengenalan lingkungan baru.

Hanya butuh beberapa bulan. Sudah bisa dijual.  Peminat ikan tawar juga banyak, khususnya jenis ikan Lele. Saya ikut memberikan makan berupa pellet yang sudah diberikan obat. Pelletnya lembut. “Kok tahu mas, kalau pelletnya dicampur obat,” kata istri teman saya.

Saya sering melihat istri saya yang mencampur obat anti biotik pada pellet sebelum diberikan ke kolam ikan Koi. Saya kadang repot mendapatkan obat anti biotik itu. Sebab jumlah yang dibutuhkan banyak. Harus pakai resep lagi. Saya pernah keliling di semua apotek di Samarinda, tidak ada persediaan sebanyak yang saya minta.

Kepikiran juga ingin memelihara ikan Lele di halaman rumah. Bisa menambah kesibukan. Mengurus ikan Koi saja sibuknya minta ampun. Bedanya, ikan Lele bisa di goreng. Ikan Koi hanya untuk dipandang. Tentu tidak sampai hati kalau mau digoreng.

Dari kolam plastik, saya bergeser ke tepi sungai.  Melihat puluhan petak keramba. Ada beberapa jenis ikan yang masih dalam proses pembesaran. Ada juga yang siap panen. Ada Patin, Nila, dan Ikan Mas.

Kata teman saya yang penyuluh itu, dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Harus dijaga. Banyak juga predator. Seperti biawak yang memang banyak di sekitar lokasi itu.

Setiap saat jala yang ada di bawah keramba harus diperiksa. Jangan sampai ada yang robek. Arus air dibelokan sungai cukup deras. Kondisi itu memang tepat, bisa membuat ikan dalam keramba terus bergerak melawan arus. Ikan bisa cepat besar.

Teman saya itu sedang mempersiapkan pesanan dari Tarakan. Tidak banyak, hanya 20 kilogram jenis Ikan Mas. Hebat juga, pasarnya sampai ke Tarakan. Mungkin untuk memenuhi pesanan warung.

Di Berau permintaan ikan tawar cukup tinggi. Hampir semua warung tenda yang jualan di tepi jalan maupun restoran menawarkan menu ikan tawar. Sebagian pedagang memesan di tempat ini. Saya pikir usaha ini menjanjikan.

Nikmatnya Ikan Mas dan Lele tergantung penjualnya. Dua jenis ini lebih nyaman bila digoreng. Kalau Ikan Mas ada yang dibelah, ada juga yang digoreng utuh. Sama seperti ikan Lele. Apalagi jika sambalnya yang pas. Nikmat rasanya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Berau, Pakaian Adat Bakal Diwajibkan di Sekolah

Sabtu, 20 April 2024 | 17:45 WIB

Wartawan Senior Kubar Berpulang

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

“Kado” untuk Gubernur dan Wagub Mendatang

Sabtu, 20 April 2024 | 14:45 WIB

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB
X