Ronal vs Oetomo

- Jumat, 11 Oktober 2019 | 18:46 WIB

UNTUNG saya tiba di ‘kantor’ Hoky lebih awal. Jika tidak, saya tidak sempat mendengar diskusi Pak Oetomo Lianto (akrab disapa Pak Aliang) dengan Pak Ronal Lolang, pengusaha asal Samarinda yang lebih suka di Berau.

Awalnya saling bertegur sapa. Lalu saling bertanya usia. Pak Ronal menyebut angka 78 tahun. Pak Aliang tidak menyebut angka, tapi saya pernah tahu usianya 67 tahun. Dua-duanya masih nampak bugar. Pak Ronal masih tahan minum kopi susu. Pak Aliang air putih hangat saja.

Pak Ronal punya usaha resort di Teluk Sumbang, Kecamatan Bidukbiduk. Ia curhat sulitnya mendapatkan aliran listrik. “Kan di kampung sudah ada,” kata Pak Aliang. “Betul ada, hanya jaraknya yang jauh, sekitar 3 kilometer,” kata Pak Ronal.

“Jarak begitu butuh puluhan tiang dan bentangan kabel yang panjang,” kata Pak Aliang.

Mereka lalu bercerita soal komoditas perkebunan. “Kita baiknya tanam jengkol,” kata Pak Ronal. “Di Jakarta, harganya lumayan. Sekitar Rp 80 ribu per kilogram,” tambahnya. Ia sudah menanam puluhan pohon jengkol di sekitar lahan resort miliknya.

Pak Aliang tertarik. Ia menanyakan di mana bisa mendapatkan bibit unggul.

Tak mau kalah, Pak Aliang juga menceritakan kalau ia baru saja menanam sekitar 800 pohon pepaya. “Dari mana dapat bibitnya,” tanya saya.

Waktu ke Singapura, Pak Aliang sengaja beli pepaya. Bijinya tidak dibuang. Dikumpulkan untuk dibawa pulang. Ia jemur di tempatnya menginap. Sampai di Berau, biji pepaya yang di “selundupkan” dari Singapura ia rendam hingga tunasnya keluar. Selanjutnya ditempatkan di polybag.

“Kemarin, sehari penuh saya tanam pepaya. Nanti kalau sudah panen, kita petik bersama,” kata Pak Aliang.

Semangat keduanya bisa jadi narasumber. Membagi pengalaman dan upaya keras untuk aktif berkebun meskipun usianya setengah abad lebih.

Pak Aliang punya banyak lahan. Di Kampung Maluang lahannya yang ratusan hektar sudah penuh dengan tanaman pohon buah. Di Kampung Bebanir Bangun juga demikian. Ia bahkan kewalahan dan mencari tenaga kerja untuk menanam sayur-mayur. Belum lagi usaha peternakan ayam potongnya.

Ia juga mengeluh pohon durian yang usianya lebih dari 10 tahun belum memberikan hasil. “Bagaimana mau berhasil, baru berbunga sudah dihajar kelelawar dan tupai,” tambahnya .

Pak Ronal Lolang sangat betah di resort miliknya yang cukup jauh dari Tanjung Redeb. Ia bisa menemukan suasana teduh dan nyaman. Ingin menikmati ikan segar, tinggal memancing di laut.

Pak Aliang juga begitu, tak terlalu menghiraukan hasil tanaman kebunnya. Ia justru sangat menikmati bila sore hari berada di kebunnya.  Mendapatkan ketenangan. Sesekali ia panen ubi kayu untuk dibawa pulang dan dibagikan pada tetangga.

Di halaman rumah saya, ada sebatang pohon durian. Usianya juga sudah tahunan. Beberapa kali saya dibuat senang, juga dibuat kecewa.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

PKL Tunggu Renovasi Zonasi Lapak Pasar Pandansari

Sabtu, 20 April 2024 | 11:30 WIB

Kapolres PPU dan KPUD Bahas Persiapan Pilkada 2024

Sabtu, 20 April 2024 | 09:46 WIB

Penerimaan Polri Ada Jalur Kompetensi

Jumat, 19 April 2024 | 14:00 WIB

Warga Balikpapan Diimbau Waspada DBD

Jumat, 19 April 2024 | 13:30 WIB

Kubar Mulai Terapkan QR Code pada Pembelian BBM

Jumat, 19 April 2024 | 13:00 WIB

Jatah Perbaikan Jalan Belum Jelas

Jumat, 19 April 2024 | 12:30 WIB
X