Bujurankah?

- Senin, 14 Oktober 2019 | 18:13 WIB

“Bujurankah?” tanya teman saya lewat pesan singkat.

“Apanya nang bujur,” menjawab pesan teman saya itu.

“Informasinya, bupati dan wabup (sekarang) ‘berpisah’ jar,” tanyanya lagi.

Saya sudah paham maksudnya. Teman saya itu, bertanya soal bupati dan wakil bupati Berau pada pemilihan kepala daerah tahun 2020 nanti.

Ternyata kabar ‘keretakan’ itu sudah tersebar sampai ke Samarinda. Buktinya, teman saya yang biasanya hanya bertanya “apa kabar daeng”, merembet ke persoalan politik.

Jawaban apa yang harus saya sampaikan. Saya sendiri masih bertanya-tanya. Surat kabar edisi Sabtu (12/10) memang menjadikan pembuka berita. Foto Bupati Muharram dan Wakil Bupati Agus Tantomo yang digambarkan pecah.

Kalau memang seperti itu keadaannya, pastilah suasana batin mereka berdua tak lagi sejalan. Padahal, baru tiga tahun. Masih tersisa dua tahun lagi. Mengapa buru-buru,  terang-terangan lagi ‘memproklamirkan’ perpisahannya. Mereka kan dipilih satu paket.

Pikiran saya sedikit terganggu. Dalam beberapa hari, saya sebetulnya sangat senang melihat ‘rujuk politik’.  Bagaimana pertemuan antara dua kandidat presiden yang dulunya saling ‘serang’. Dua kandidat itu memperlihatkan kemesraan dengan berswafoto. Sejuk rasanya.

“Ini sebaliknya yang terjadi di kampungku,”gerutuku dalam hati.

Saya masih ingat betul, bagaimana mesranya mereka berdua saat tampil pada proses pemilihan kepala daerah. Di mana-mana bertebaran baliho dengan foto besar mengenakan baju batik. Masing-masing tangan kanannya diletakkan di dada. Senyum keduanya merekah.

Tak ada kampung yang terlewatkan yang jumlahnya 100 itu. Semua dikunjungi dengan janji yang sama. Para pendukungnya juga begitu bersemangat. Berjuang hingga tetes darah penghabisan. Ada yang dulunya bersahabat. Karena lain pilihan, lalu tidak saling tegur sapa. Hingga sekarang, bila jumpa masih saja saling sinis.

Lalu mereka menang. Tidak menang mutlak. Siap menjalankan amanah selama lima tahun. Di bawah sumpah.

Mereka dipilih satu paket. Saya mengartikan, ada dua pemikir yang berada di pucuk. Mereka berdua menerjemahkan apa yang dijanjikan saat kampanye. Satu persatu diwujudkan. Satu persatu program kerja dilaksanakan.

Kan mereka memang satu paket. Bekerjanya juga satu paket. Berpikirnya juga satu paket.  Instruksinya juga satu paket. Semuanya serba satu paket.

Berjanji akan konsentrasi selama lima tahun bekerja, rupanya hanya sampai di tahun ketiga. Konsentrasi mulai buyar. Ini gara-gara pemilu. Juga gara-gara pilkada dipercepat (serentak).

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X