OTT

- Jumat, 18 Oktober 2019 | 13:14 WIB

MENUNGGU dari tadi, tak muncul juga. Teh susu buatan Bu Sukma sudah hampir habis. Ditelepon, jawabnya, “OTW bos.” Lewat pesan singkat, juga jawabannya sama. “Ini OTW bos.” Diingatkan lagi lewat WhatsApp, juga jawabannya serupa. “Ini sudah OTW di Jalan SA Maulana,” balasnya.

Rumahnya tidak seberapa jauh. Hanya dua kali belok dan sekali menunggu di traffic light. Itupun kalau persis terkena lampu merah. Kalau tidak, hanya butuh waktu beberapa menit, sudah tiba di warung kopi Hokky.

Sebutan OTW sering digunakan, untuk memastikan keberadaannya. Ada juga yang menyebutkan bahwa ia sedang menuju lokasi yang dimaksud. Sedang dalam perjalanan alias On The Way.

Ada juga teman saya yang kadang bikin kesal juga. Dia tidak ke mana-mana, hanya duduk, tapi ketika ditanya di mana posisi, jawabannya singkat ‘OTW’. Jangan-jangan teman yang saya tunggu, sebelum mandi sempat membalas WA menulis ‘OTW’.

Akhirnya datang juga. Teman saya nampak segar. Dandanannya rapi. “Dari tadi OTW, ke mana saja,” tanya saya.

”Jalan macet bos,” katanya singkat.

Saya lupa, kalau beberapa pekan terakhir ini banyak jalan yang dialihkan akibat pengerjaan trotoar. Banyak pengguna jalan yang ngomel. Memang ini salah satu risiko. Kondisi kota yang ruas jalannya sedikit, sulit mencari jalan alternatif.

Bahkan akibat pengerjaan trotoar itu, distribusi air bersih juga mengalami penghentian. Tidak lama. Hanya dua hari Sabtu dan Minggu. Setelah itu lancar lagi.

Saya berencana mengajak teman saya untuk keliling kota. Menyaksikan banyak rumah makan dan warung kopi. Sebab, sekarang sudah semakin cenderung, pegawai negeri dan swasta, tak lagi pulang ke rumah untuk makan siang. Cukup ke warung saja. Praktis. Apalagi yang rumahnya terbilang jauh.

Juga semakin banyak pegawai dan karyawan swasta, yang tidak langsung pulang ke rumah. Mampir dulu di warung kopi kesayangannya. Kadang sendiri. Tapi lebih sering terlihat bersama-sama karyawan lainnya.

Ini yang saya mau cermati. Untuk apa menghabiskan waktu, hanya untuk melihat warung mana yang ramai dan yang sepi pengunjung.

Itu penting. Bisa menjadi petunjuk kondisi perekonomian di daerah. Bisa jadi acuan perputaran uang ke mana saja dan di mana saja pusarannya.

Lihatlah Rumah Makan Pondok Borneo. Saat makan siang ramainya luar biasa. RM Celebes juga demikian.  Rumah makan Harmony apalagi. Rumah Makan Balong AA begitu juga situasinya. Juga di Rumah Makan Sop Saudara. Hampir semua rumah makan, jadi pusat kunjungan warga. Baik di hari libur, maupun di hari kerja.

“Kita mau melakukan OTT,” kata saya.

“Tidak salah bos,” kata teman saya terheran-heran.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB
X