‘Kuch Kuch Hota Hai’

- Sabtu, 19 Oktober 2019 | 18:31 WIB

“Tanjung Redeb itu di mana sih?” Saya dengar pembicaraan teman saya lewat telepon. Teman saya tersenyum, kok saya yang merasa bersalah.

Seharusnya pertanyaan seperti itu tidak pernah terucap dari siapa pun. Dan untuk urusan apapun. Saya lalu bertanya dalam hati. Ini salah siapa?

Teman saya itu akan menggelar satu kegiatan yang lokasinya di Pulau Maratua. Pesertanya banyak. Datang dari berbagai daerah. Setiap hari dia harus mengonfirmasi kepastian ikut atau tidak dalam acara yang ia gelar.

Harus diberikan petunjuk bagaimana memilih penerbangan agar tersambung di hari yang sama dan jam yang lebih awal. Keberangkatan dari Jakarta, beda dengan keberangkatan dari Surabaya. Tiba di Bandara Kalimarau pastilah tidak akan bersamaan. Sebagai penyelenggara, inilah yang diatur teman saya. Akan nyaman bila pesertanya tiba bersamaan. Bisa diangkut  bersamaan. Tiba di Maratua sama-sama. Juga sama-sama capeknya. Pasti sama-sama laparnya.

Dalam mengatur jadwal itulah muncul pertanyaan dari salah seorang peserta. Tanjung Redeb itu di mana ya? Teman saya tertawa. Tapi wajahnya cemberut. Yang ditelepon tidak tahu Tanjung Redeb, tapi berulang kali menyebut nama Berau dan Pulau Maratua.

Ini salah satu akibat lebih seringnya menyebut nama Berau dibanding Tanjung Redeb. Di banyak tulisan, yang ada ‘Berau Kota Sanggam’. Padahal maksudnya, Tanjung Redeb lah yang Kota Sanggam.

Hal itu dipertegas lagi dengan tulisan di salah satu sudut lapangan. Memang yang tertulis ‘Berau Sanggam’. Dalam proses penciptaan Sanggam untuk sebutan kota Tanjung Redeb. Bukan Berau yang notabene kabupatennya.

Saya juga pernah merasakan. Entah peta edisi kapan, tidak tampak nama Tanjung Redeb dalam peta itu. “Jadi kau tinggal di mana?” kata teman saya. “Di sini nah, Kota Tanjung Redeb,”sambil menunjuk-nunjuk satu titik posisi Kota Tanjung Redeb.

Peta edisi berikutnya, sudah tertulis nama Tanjung Redeb. Juga beberapa nama kecamatan. Saya tak perlu lagi menunjuk-nunjuk.

Nanti kalau orang yang bertanya Tanjung Redeb itu di mana, secara khusus saya mau temui. Saya mau jelaskan sambil membawa peta. Peta yang jelas tertulis nama Tanjung Redeb sebagai Ibu Kota Kabupaten Berau.

Bila perlu saya akan temani dia hingga ke Pulau Maratua. Saya juga akan jelaskan apa saja yang ada di pulau wisata itu. Nanti ada apa di dasar laut, biar teman saya yang jelaskan, ia sering melakukan penyelaman. Hehe, saya hanya sering dengar cerita soal keindahannya.

Dibanding yang bertanya di mana itu Tanjung Redeb, lebih hebat Duta Besar (Dubes) India untuk Indonesia, Pradeep Kumar Rawat. Tiba Kamis (17/10) di Bandara Kalimarau, disambut dengan protokoler yang sederhana.

Pak Dubes juga tiba dengan santai. Beliau hanya ingin ke Pulau Maratua bersama istri. Juga menumpang pesawat reguler. Ke Maratua menumpang speedboat reguler.

Dalam perjalanan dari tangga pesawat menuju ruang VIP bandara, Dubes India didampingi Wakil Bupati Berau Agus Tantomo. Kalau dengan Pak Agus, informasinya akan lengkap didapatkan. Apalagi informasi soal obyek wisata yang ada di Berau.

Ada tawaran kerja sama peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya aparat kampung yang mau ikut pelatihan di India.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X