Tangisan Bu Susi

- Jumat, 25 Oktober 2019 | 18:17 WIB

WANITA kuat dan pemberani itu menangis. Pada acara pisah sambut di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Susi Pudjiastuti tak lagi menjabat sebagai Menteri Perikanan dan Kelautan. Ia digantikan oleh Edhy Prabowo, politisi asal Partai Gerindra.

Luluh juga. Padahal Bu Susi dikenal salah seorang menteri yang hebat. Selama ia menjabat, ratusan kapal illegal fishing hasil tangkapan petugas, langsung ia tenggelamkan. Kata ‘Tenggelamkan’ sangat populer dan identik dengan Bu Susi.

Di pintu masuk kantor Kementerian, kita bisa melihat baliho besar dengan tulisan besar ‘Tenggelamkan’.

Banyak yang memberikan pujian atas keberaniannya. Keberanian menenggelamkan kapal yang ia anggap sebagai ‘perusak’ hasil laut. Kapal yang punya backing kuat. Bukan hanya keberanian menenggelamkan, kinerja Bu Susi juga dinilai paling tinggi di antara menteri lainnya. Bu Susi meraih nilai 91,95 penilaian kepuasan tertinggi kinerja menteri.

Pada setiap kesempatan, Bu Susi dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya tidaklah berpendidikan tinggi. Ia hanya seorang pengusaha berpendidikan setingkat SMP. Ia juga merokok. Di kakinya ada tato. Tapi kerjanya, melebihi dari beberapa menteri yang berpendidikan lebih tinggi.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) “My Passion dalam 5 tahun” kata Bu Susi.

Banyak perubahan kontroversi karena Presiden ingin membuat terobosan. “Makanya saya terobos semua. Satu dari enam ikan Tuna dunia adalah milik Indonesia,” kata Bu Susi pada saat pisah sambut, yang dimuat media online.

Saya juga punya catatan tersendiri, ketika mendampingi Bu Susi dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Berau. Ia naik helikopter, mendarat di lapangan bola Tanjung Batu.

Bu Susi dijadwalkan mengunjungi semua pulau-pulau terluar hingga ke Pulau Maratua. Rasanya tak lengkap bila Bu Susi tidak meninjau satu tempat yang saya yakini beliau pasti suka.

Saya tahu, beliau menggeluti bisnis udang lobster. Tak salah bila saya “belokkan” iring-iringan kendaraan melewati dan mampir di rumah Pak Doni. Pedagang dan pengumpul lobster di Tanjung Batu.

Protokoler KKP setuju. Jadilah ia mengunjungi penampungan lobster di rumah Pak Doni. Bupati yang kala itu masih Pak Makmur separuh tidak setuju. Khawatir kesorean tiba di pulau. Bu Susi terlanjur asyik. Ia bahkan memberikan petunjuk bagaimana memegang hingga menangani bisnis lobster.

Bukan main gembiranya Pak Doni. Tempatnya yang sederhana tiba-tiba dikunjungi seorang menteri. Menteri yang juga punya bisnis lobster di Pangandaran, Jawa Barat. Sama seperti Pak Doni di Tanjung Batu, Derawan.

Pak Doni juga gembira dengan saya yang berhasil membelokkan iring-iringan menteri untuk mampir di rumah Pak Doni. Sampai sekarang saya masih berteman baik dengan Pak Doni. Sekali waktu saya mampir ke tempatnya. Saat pulang saya dapat ‘sangu’ 3 ekor Lobster Mutiara yang mahal itu.

Karena Bu Susi jugalah saya jadi repot berbulan-bulan. Berada di Pulau Derawan, ia mendapat laporan dari warga soal ‘manusia perahu’. Saat itu juga ia minta agar semua dikumpulkan. Hasilnya, sebanyak 700 orang lebih manusia perahu, asal Filipina dikumpulkan di lapangan sepakbola di Tanjung Batu.

Saya dapat tugas untuk menanganinya. Perintah Pak Makmur, semua harus ditangani dengan baik. Ini persoalan kemanusiaan. Jangan sampai ada yang sakit. Jangan sampai ada yang tidak dapat makanan.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB
X