Produksi Garam Lokal Tak Masuk Prioritas KKP

- Senin, 28 Oktober 2019 | 18:25 WIB

TANJUNG REDEB – Produksi garam di Berau tergolong masih rendah. Baru mencapai rata-rata 100 Kilogram (Kg) satu bulannya. Hal ini disampaikan Penyuluh Perikanan Bantu dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk wilayah Kecamatan Pulau Derawan dan Gunung Tabur, Slamet Hariyadi.

Dikatakannya, budidaya garam di Berau baru dilakukan pada akhir tahun 2018 lalu hingga sekarang. Dan saat ini telah terbentuk kelompok usaha garam. Meskipun masih banyak masyarakat yang tidak menekuni pembudidayaan ini.

“Jadi mulai dari produksi awal Maret hingga September lalu, rata-rata masih 100 Kg. Itupun hanya ada satu orang yang masih melakukan budidaya garam,” katanya.

Minimnya jumlah pembudidaya garam ini menurutnya menjadi penyebab rendahnya produksi garam di Berau. Sementara di satu sisi pihaknya diberi target Dinas Perikanan Berau mampu memproduksi 200 Kg setiap bulannya. “Target itu belum tercapai, karena kendala lainnya adalah peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Budidaya Dinas Perikanan Berau, Ramli menyebut kualitas air laut Berau menjadi penyebab rendahnya produksi garam di Bumi Batiwakkal –sebutan Berau-. Karena sanitasi airnya belum mencukupi.

“Minimal (sanitasi air, red) di atas 40 part per million (PPM). Sedangkan di Berau hanya sekitar 25 sampai 35 PPM,” tuturnya. Karena itu, dirinya mengatakan untuk produksi garam secara besar-besaran sulit dilakukan.

Lanjut Ramli, KKP memiliki program garam rakyat yang tujuannya memberikan permodalan pada masyarakat. Namun, kabupaten paling utara Kaltim ini belum masuk dalam prioritas program tersebut. “Makanya kebutuhan garam di Berau ini disuplai dari luar daerah yaitu Nusa Tenggara Barat. (*sgp/arp)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X