Geisha

- Selasa, 5 November 2019 | 18:23 WIB

SAYA tahunya Geisha itu salah satu kelompok musik asal Pekanbaru. Yang lagunya hits itu ‘Lumpuhkan Ingatanku’. Ternyata di Jepang juga ada Geisha. Pemilik asli ‘Geisha’ ini pastilah yang di Jepang. Bukan yang asal Pekanbaru yang terbentuk tahun 2003.

Di Jepang Geiha adalah seorang seniman yang terlatih di bidang musik, tari, dan menghibur tamu. Seorang Geisha tengah bekerja, mereka adalah ilusi kesempurnaan seorang wanita yang banyak dibayangkan pria. Menemani tamu dengan keahliannya, serta berkomunikasi.

Saya hanya tersenyum ketika seorang Geisha menemani saat acara minum teh di salah satu restoran hotel di Kyoto. Tak ada yang membawa istri. Kecuali Pak Masdjuni (almarhum), mantan Bupati Berau. Para Geisha inilah yang berperan memberikan perhatian saat pertemuan bisnis. Status mereka cukup terhormat.

Katanya, di awal-awal Geisha diperankan laki-laki, karena wanita tidak boleh menghadiri pesta. Barulah sekitar tahun 1700an muncul wanita yang menyebut dirinya Geisha. Tak sendiri, harus disewa beberapa orang sekaligus.

Butuh waktu yang lama untuk bisa menjadi Geisha. Tak kurang dari lima tahun. Saya memperhatikan ketika memegang ujung lengan baju Kimono, dan menuangkan teh. Agar kimononya tidak masuk ke cangkir.

Sesekali, Geisha memegang pundak saya usai menungkan teh. Lagi-lagi saya hanya bisa tersenyum. Saya diberitahu teman, selama menjadi seorang Geisha, ia tidak boleh menjalin hubungan dengan siapapun. Hubungan khusus.

Jika wanita tersebut ingin menikah, maka ia harus berhenti menjadi seorang Geisha.

Saya juga baru tahu, sebelum ibu kota Jepang bernama Tokyo, awalnya adalah bernama Kyoto. Hehe, tinggal dibolak-balik. Kyoto sebagai representasi Jepang masa lalu. Juga dikenal dengan nama kota Seribu Kuil.

Mengunjungi salah satu destinasi wisata, berada dalam kawasan  Jalan Hanami-Koji-Wilayah Gion, Kyoto. Di kawasan yang dipenuhi dengan rumah kayu tradisional (Madhiya) mau berbelanja souvenir.

Yang saya cari kain Kimono serta kain Lurik. Kain Lurik Jepang lebih tebal dengan banyak corak warna. Beda sedikit dengan kain lurik yang ditawarkan di Jogjakarta.

Setelah mengelilingi Kuil Fushimi Inari. Kuil ini menjadi salah satu land mark yang paling terkenal di Kyoto. Kuil yang terkenal dari 32 ribu kuil yang ada di Jepang.

Menikmati jalan kaki di trotoar dengan udara sejuk. Banyak wisatawan yang berjalan kaki menuju Kuil Fushimi Inari.

Dalam berjalan kaki itu, sesekali bertemu dengan Geisha (modern). Tak ada yang berjalan seorang diri.

Saya juga jadi heran, kenapa tak ada yang melakukan foto bareng. Atau sekedar moto diam-diam. Ternyata ada aturan yang tidak membolehkan mengambil gambar. Kalau juga ingin foto dan Geisha yang jalan kaki masuk dalam frame, harus dilakukan saat masih dalam jarak yang berjauhan.

Menggunakan kimono dengan hiasan tebal berwarna putih. Juga dengan sepatu tradisional dari kayu yang namanya Okobo. Kalau sekarang mungkin inilah High Hill.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manajemen Mal Dianggap Abaikan Keselamatan

Jumat, 19 April 2024 | 08:25 WIB

Korban Diseruduk Mobil Meninggal Dunia

Jumat, 19 April 2024 | 08:24 WIB

Mulai Sesak..!! 60 Ribu Pendatang Serbu Balikpapan

Jumat, 19 April 2024 | 08:19 WIB

Jalan Rusak di Siradj Salman Minta Segera Dibenahi

Kamis, 18 April 2024 | 10:00 WIB
X