GUNUNG TABUR – Untuk menarik wisatawan datang, Kelurahan Gunung Tabur membangun landmark bertuliskan ‘Gunung Tabur. Landmark ini persis berada di bibir Sungai Segah dan di depan Museum Batiwakkal.
Lurah Gunung Tabur Lutfi Hidayat mengatakan, pembangunan landmark ini merupakan inisiatif dari pihaknya. Agar menambah ruang publik dan tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar. Sekaligus untuk meningkatkan kunjungan di objek wisata sekitar landmark, seperti Museum Batiwakkal hingga kediaman putri keraton.
“Untuk biaya pembangunannya menggunakan dana CSR (Corporate Sosial Responbility) perusahaan tambang. Dengan kisaran Rp 148 juta,” katanya saat diwawancarai Berau Post, Kamis, (7/11).
Landmark Gunung Tabur ini, ia melihat akan ada manfaat bagi masyarakat sekitar. Misalnya sebagai sarana hiburan dan destinasi wisata, guna sekedar rekreasi.
Di samping itu juga, ikon terbaru bagi Gunung Tabur ini akan digunakan sebagai sarana aktivitas seni dan kebudayaan. “Setiap Sabtu malam akan disajikan berbagai musik. Seperti penampilan band, tari-tarian hingga kegiatan seni tradisional lainnya,” tuturnya.
Lanjut Lutfi, dirinya berkeinginan keberadaan landmark ini bisa memajukan pedagang kuliner di Gunung Tabur. Karena secara tidak langsung, keberadaan ikon terbaru ini akan menjadi daya tarik wisatawan lokal.
“Pasti orang yang datang sambil makan dan minum, sekalian dapat menikmati musik,” imbuhnya.
Pembangunan landmark ini ternyata belum sepenuhnya selesai. Sebab, pria yang sudah beberapa tahun terakhir menjabat sebagai lurah ini mengungkapkan, masih akan ada tulisan lanjutan. Yaitu moto dari Kelurahan Gunung Tabur, ‘Basinang’.
Pembangunan landmark bertuliskan ‘Basinang’ inipun ditargetkan selesai pada pertengahan November ini. “Nantinya tinggal tanggung jawab masyarakat saja lagi untuk menjaga dan merawat fasilitas yang sudah terbangun ini. Supaya tetap terpelihara dengan baik,” (*plp/arp)