Air Sungai Berubah Warna, Ikan Mati, Ini yang Dilakukan Pemkab Berau

- Rabu, 13 November 2019 | 11:48 WIB

TANJUNG REDEB – Fenomena berubahnya warna air Sungai Segah yang kembali terjadi disikapi Bupati Berau, Muharram. Selasa (12/11) kemarin, Muharram memanggil sejumlah instansi, yakni Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan, serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, untuk membahas fenomena yang pernah terjadi tahun 2015 lalu.

Bahkan, dalam pertemuan itu juga dihadiri sejumlah perwakilan perusahaan tambang dan perkebunan yang beroperasi di sekitar Sungai Segah.

Dalam pertemuan itu, Muharram mengingatkan fenomena yang sama di tahun 2015, yang membuat ikan di sungai maupun di keramba milik warga mati. “Ada kemiripan dengan fenomena yang terjadi tahun 2015. Kejadiannya sama, air berubah menjadi berwarna hijau, kemudian banyak ikan mati. Pemerintah saat itu memanggil ahli untuk melakukan penelitian,” kata Muharram.

Meski fenomena ini sudah terjadi sebanyak tiga kali, yakni tahun 2015, 2016 dan 2019 ini, pemerintah belum bisa menyimpulkan penyebab dan solusinya. Hal ini pun membuat Muharram bertanya-tanya apa sebenarnya penyebab dari perubahan warna air sungai tersebut.

“Hasil risetnya tidak ada, kesimpulan tidak ada, dan kasusnya tiba-tiba hilang. Saat kita sedang pusing-pusingnya (mencari penyebab perubahan warna air sungai), tiba-tiba (fenomenanya) hilang sendiri,” bebernya.

Disebutkannya, dari laporan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, hasil pemeriksaan pH (asam-basa air) di sistem pembuangan perusahaan tambang batu bara masih dalam batas normal. “Mudah-mudahan dugaan pencemaran limbah ini salah. Kalau pH di tambang batu bara normal saja, artinya tidak ada kaitannya dengan fenomena yang terjadi,” ujarnya.

Meskipun hal tersebut telah diuji, namun Muharram tetap memerintahkan tim bentukan Pemkab Berau melakukan pemeriksaan ke seluruh saluran limbah perusahaan tambang batu bara dan perkebunan sawit. Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak ada limbah batu bara yang masuk ke sungai.

Dalam pertemuan ini, Pemkab Berau mengundang Kuala Lumpur Kepong (KLK) Group, sebagai induk sejumlah perusahaan perkebunan sawit yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Segah.

Manajer Humas KLK Grup, Jupita Sari menuturkan, selama beroperasi di Kabupaten Berau, pihaknya berkomitmen untuk mengikuti peraturan yang ada. Pihaknya tidak ingin perusahaan di bawah naungan KLK Grup memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

“Kami perusahaan taat aturan yang berlaku dan mengikuti prosedur yang ada. Untuk air dan limbah di lokasi pabrik dan kebun selalu ada pengujian dan analisa berkala oleh DLHK,” bebernya.

Ia mengakui, pihaknya juga masih menunggu apa penyebab pasti dari perubahan warna air Sungai Segah tersebut.

Mengenai temuan dari DLHK dengan adanya air drainase yang tingkat keasamannya cukup tinggi, Jupita mengaku tidak mengetahui pasti di mana lokasi DLHK mengambil sampel tersebut.

Menurutnya, adanya temuan itu bisa jadi faktor kekeringan. Dengan adanya kebakaran, bisa saja menjadi penyebab meningkatnya kadar keasaman pada drainase tersebut.

“Hal tersebut bisa saja muncul. Tetapi kami masih menunggu hasil final. Terlebih kami tidak tahu di mana DLHK mengambil sampel yang diuji itu. Apakah masuk wilayah kami atau bukan. Apalagi gambaran yang disampaikan DLHK masih beberapa lokasi,” bebernya.

Namun ia mengakui bahwa memang benar, aliran sungai tersebut berada di dekat PT 198 yang berada di bawah naungan KLK Grup. “Ada 4 perusahaan besar berada di wilayah Segah, yakni PT Hutan Hijau Mas, PT Malindo Mas, PT 198, serta PT Jabontara Eka Karsa. Karena itu kita tunggu hasil finalnya seperti apa,” pungkasnya. (*/hmd)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB
X