KEMBALI terjadinya perubahan warna air Sungai Segah membuat para petani keramba waswas. Mengingat kejadian serupa pada tahun 2015 lalu membuat mereka merugi hingga puluhan juta.
Seperti yang disampaikan Iwan, salah seorang pemilik keramba di kawasan Jalan Gatot Subroto, Tanjung Redeb. Ia menuturkan, sejak kejadian perubahan warna air sungai Minggu (10/11) lalu, sudah ada ikan di keramba miliknya yang mati. Yakni Ikan Mas dan Nila.
“Kalau pH air sudah di bawah 4, tentu akan berdampak pada ikan,” kata Iwan, kepada Berau Post. Ia menuturkan, belum ada penjelasan sama sekali dari Dinas Perikanan terkait fenomena tersebut. “Kejadian yang lalu saja belum tahu apa penyebabnya. Sekarang terulang lagi. Apakah tidak ada antisipasi,” katanya.
Ia mengakui sempat ada pegawai dari Dinas Perikanan yang meminta supaya ikan dipindah sementara di kolam. Tetapi saat dipindah, ikan miliknya tetap ada yang mati. Terlebih kolam yang ia miliki tidak bisa menampung ikan yang ada di keramba.
Terpisah, Kepala Dinas Perikanan Berau, Tentram Rahayu mengakui, fenomena ini tentu memunculkan kekhawatiran bagi pembudidaya ikan di keramba. “Kejadian ini memang membuat para pembudidaya ikan merasa dirugikan,” katanya, kemarin.
Ia menjelaskan, melihat kejadian 2015 lalu, tentu ada risiko yang harus dihadapi. Hal ini membuat pihaknya harus memutar otak agar segera menemukan solusi untuk para pembudidaya ikan di Sungai Segah.
“Jadi kami juga harus cepat memastikan sumbernya apa. Karena saat kami melakukan pengukuran air, jika dalam keadaan pasang, maka kadar pH mencapai 6, tapi saat surut kadar pH hanya 4,” pungkasnya. (*/hmd/har)