Krisis Air di SD 4 Gunung Tabur

- Jumat, 15 November 2019 | 11:33 WIB

GUNUNG TABUR – Pemenuhan kebutuhan air bersih masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah, melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Segah. Pasalnya, selain untuk kebutuhan masyarakat yang belum semuanya terpenuhi, fasilitas pendidikan juga ada yang belum memiliki sumber air bersih. Baik dari PDAM maupun sekadar sumur bor.

Setidaknya, kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sekolah, terjadi di SD 4 Gunung Tabur, Kelurahan Gunung Tabur, yang berada di jalan poros Bulungan.

Dikatakan salah satu staf SD 04 Maji, sekolah di tempatnya bekerja sudah mengalami krisis air bersih sejak 2018 lalu. “Karena sulitnya mendapat air bersih, pernah saya membawa sembilan jeriken air bersih dari Samburakat, tempat tinggal saya. Itu untuk keperluan sekolah, seperti cuci piring, kebutuhan kamar mandi murid dan guru,” katanya saat ditemui di sekolah.

Menurutnya, pihak sekolah juga selalu dilema jika ingin menyuruh seluruh muridnya membawa air bersih ke sekolah, guna kebutuhan kamar mandi sekolah. Sebab, murid-murid yang mayoritas tinggal di sekitar sekolah, juga masih kesulitan mendapatkan air bersih karena belum memiliki sambungan air dari PDAM.

Akibat krisis air tersebut, guru dan murid kerap menghadapi persoalan ketika hendak buang air. Pasalnya, satu-satunya toilet di sekolah tersebut lebih sering kekeringan, sehingga mengharuskan guru dan murid menumpang ke toilet warga di sekitar sekolah.

Kondisi itu dibenarkan Kepala SD 4 Gunung Tabur, Dormina Munte. “Sebelumnya, sekolah kami masih bisa menumpang air sumur dari warga,” katanya.

Namun sejak tahun lalu, sumur warga tersebut semakin banyak digunakan untuk kepentingan warga setempat. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, pihak sekolah sering tak mendapat ‘jatah’ karena harus mengantre dengan warga. “Sekarang sudah ada lima keluarga yang mengandalkan air dari sumur itu. Makanya kami harus lebih sering mengalah, karena kami hanya menumpang di sumur itu,” terangnya.

Akibatnya, jika ada guru dan murid yang tak mampu menahan untuk membuang air, khususnya buang air besar (BAB). Karena harus menumpang toilet milik masyarakat. “Mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti ini. Toilet ada satu, namun tidak ada airnya,” jelasnya.

Saat ini, jumlah murid di SD yang memiliki enam lokal tersebut mencapai 190 orang. Ditambah Sementara pengajar dan staf sekolah jumlahnya sebanyak 17 orang. Setiap hari, semuanya harus berusaha untuk tidak buang air saat jam sekolah, karena belum adanya akses air bersih di sekolah tersebut.

“Mohon dibantulah sekolah kami ini agar disediakan sumur dan mesin pompa air. Supaya kami tidak menumpang di sumur warga lagi,” pungkasnya.

Terpisah, Lurah Gunung Tabur Lutfi Hidayat mengatakan, pemenuhan air bersih bagi warga dan fasilitas pemerintah di lingkungannya, memang menjadi usulan prioritas pihaknya. Usulan yang disampaikan saat gelaran musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang), untuk rencana pembangunan di tahun 2020. 

“Supaya bisa terpenuhi sarana dan prasarana sekolah, termasuk air bersihnya, kita mengusulkan kepada OPD terkait untuk menindaklanjuti usulan tersebut,” pungkasnya. (*/plp/udi)

 

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X