Hentikan Aktivitas Dua Perusahaan

- Rabu, 20 November 2019 | 14:47 WIB

TANJUNG REDEB - Bupati Berau Muharram memastikan akan menghentikan sementara aktivitas dua perusahaan perkebunan yang beroperasi di sekitar Sungai Segah. Hal Ini dilakukan menyikapi fenomena perubahan warna air Sungai Segah yang diduga tercemar limbah perusahaan.

Muharram mengatakan, aktivitas perusahaan yang dihentikan sementara yakni proses pemupukan kelapa sawit yang dianggap tidak ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah yang disalurkan langsung ke sungai.

“Kita hentikan sementara, sambil dilakukan perbaikan penanganan limbah. Sehingga setelah dipastikan aman, baru dilepas ke sungai,” tegas Muharram, saat ditemui media ini, Selasa (19/11).

Menurut Muharram, selama ini baru perusahaan tambang batu bara yang mengolah limbahnya. Air limbah baru bisa dilepas ke sungai setelah bebas dari logam berat, serta kekeruhan dan tingkat keasamannya normal.

Berbeda dengan perusahaan perkebunan, selama ini hanya membangun drainase mengelilingi kebun. Meski pemupukan dilakukan saat musim kemarau, namun pada saat musim hujan, residu atau sisa-sisa pupuk terbawa air hujan ke sungai. Hal inilah yang diyakini menjadi penyebab perubahan warna air sungai. Sehingga menyebabkan air memiliki kadar asam yang tidak normal dan menjadi penyebab matinya ikan di sungai.

“Karena berdasarkan hasilnya uji sampel, ternyata pH (asam-basa) yang mengalami penurunan secara ekstrem ada di ujung saluran perusahaan sawit. Jadi sementara saluran dari perusahaan-perusahaan itu dihentikan sementara, dengan memblokir air agar tidak masuk ke sungai,” pungkas Muharram.

Seperti diketahui, sejak Minggu (10/11) lalu, air Sungai Segah berubah warna menjadi kehijauan dan jernih. Fenomena ini sebelumnya pernah terjadi tahun 2015 lalu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan kebersihan (DLHK) Berau, Sujadi menuturkan, pihaknya telah mengambil sampel air untuk diuji di laboratorium. Pihaknya mengambil sampel di tiga titik, yakni di kawasan Rinding, Labanan, dan Merancang Ulu.

Menurut Sujadi, kualitas air masih aman untuk manusia. Namun untuk ikan, bisa berdampak pada kematian. “Kalau hujan turun dengan intensitas tinggi, tentu selesai permasalahan ini,” ujarnya, Senin (11/11).

Ia menduga, perubahan warna air ini karena terjadi proses penyuburan sungai. Plangton yang berkembang membutuhkan oksigen. Sedangkan di sungai tersebut juga banyak jenis ikan, sehingga saling berebut oksigen. Sehingga ikan yang tidak kuat akan mati. “Dugaannya ikan mati tersebut karena kekurangan oksigen,” katanya.

Sementara Bupati Berau Muharram menduga, ada limbah yang masuk ke sungai. "Saya menduga limbah pupuk dari kelapa sawit. Karena selama kemarau tidak mengalir, saat musim hujan pupuk ini meluap dan sampai ke sungai," ujarnya.

 

Apalagi kata Muharram, memang ada beberapa perusahaan perkebunan sawit yang beroperasi di sana (Kecamatan Segah). “Tapi sekali lagi, ini baru praduga. Karena kalau ini fenomena alam, mestinya Sungai Kelay juga terjadi hal yang sama. Ternyata hanya terjadi di Labanan sampai Teluk Bayur saja," imbuhnya. (*/aky/har)

MASIH HIJAU: Hingga kemarin (19/11), air Sungai Segah masih terlihat hijau. Pemkab pun telah mengambil langkah-langkah mengusut fenomena ini.

 

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkot Balikpapan Didesak Fasilitasi Pom Mini

Kamis, 25 April 2024 | 10:00 WIB

HIMASJA Soroti Dugaan Pungli PTSL di Samboja

Rabu, 24 April 2024 | 09:37 WIB

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB
X