Samarinda – Berau, dari 24 Jam Kini 12 Jam

- Kamis, 2 Januari 2020 | 11:06 WIB
SWAFOTO: Penulis berswafoto di ruas jalan Berau-Samarinda yang sebagian besar sudah mulus.
SWAFOTO: Penulis berswafoto di ruas jalan Berau-Samarinda yang sebagian besar sudah mulus.

PEKAN tadi, saya sengaja melakukan perjalanan darat dari Berau ke Samarinda seorang diri, menggunakan mobil. Ada beberapa kebutuhan suku cadang untuk mesin yang harus saya beli di Samarinda. Selain harus menghadiri beberapa kegiatan terkait kapasitas saya sebagai ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim.

Bertolak dari Tanjung Redeb, Berau pukul 06.00 Wita, saya berhasil menembus perjalanan ke Samarinda selama 12 jam. Kecepatan rata-rata 60 sampai 80 kilometer per jam. Sesekali menyentuh angka 100 bahkan lebih, ketika berada di jalanan mulus dan sepi kendaraan.

Bagi saya pribadi, menyusuri jalur darat Berau ke Samarinda atau sebaliknya, adalah sebuah perjalanan mengenang sejarah. Sejak lulus dari SMA 2 Berau pada 1999 dan berkuliah di Samarinda, praktis saya sering ke Samarinda.

Awalnya naik kapal laut. Namun begitu jalur darat mulai tembus, barulah rute ke Samarinda lebih banyak melalui jalur darat. Dari mulai bus, sampai mobil travel yang menggunakan kendaraan multi purpose vehicle (MPV).

Apalagi setelah menjadi wartawan Kaltim Post, dulu bernama Manuntung, dan mendapat tugas ngepos di Kantor Gubernur Kaltim. Maka, sejak itu pula sering mengikuti kunjungan kerja gubernur ke wilayah utara Kaltim.

Ketika itu, belum ada provinsi Kalimantan Utara. Maka jangan heran jika gubernur kala itu harus melakukan peninjuan proyek sampai ke perbatasan Malaysia di Nunukan, Malinau, termasuk di Pulau Sebatik nun di ujung utara Indonesia.  

Suka dengan tantangan, maka setiap kunjungan ke wilayah utara melalui jalur darat bersama rombongan gubernur, saya tak pernah absen. Meski kondisi jalan ketika itu lebih pas disebut sebagai kubangan sapi, namun saya tetap semangat. Ya setidaknya bisa sekalian pulang ke Berau.

Adalah hal biasa ketika tiba-tiba mobil yang kami tumpangi harus terjebak lumpur. Tanpa dikomando, semua penumpang turun dan bersama-sama menolong sang sopir melepaskan roda kendaraan dari cengkeraman tanah merah bercampur air itu.

Saat itu ada pesan penting, tak usah berdandan berlebihan jika ingin ke Berau. Sebab sampai tujuan, dijamin wajah kusut penuh debu, berlumpur, rambut pun terasa berat karena menjadi sedikit gimbal. Saat itu, perjalanan Samarinda ke Berau atau sebaliknya, memakan waktu bahkan bisa sampai 24 jam. Berangkat jam 10 pagi, akan sampai Berau di jam yang sama keesokan harinya.

Bahkan, pernah suatu ketika, ada mobil tangki pengangkut minyak Pertamina terjebak di kubangan lumpur di daerah Gunung Kudung, Kutai Timur. Posisinya benar-benar menghalangi jalan. Akibatnya, lebih dari 50 kendaraan baik mobil maupun truk, terhenti, tak bisa meneruskan perjalanan.

Saya yang ketika itu menumpang mobil travel pun terpaksa bermalam di jalan. Tidur di dalam mobil dalam posisi berhenti. Panas, sesak, berkeringat, plus bau badan yang campur aduk. Belum lagi bekal makanan menipis bahkan habis.

Warga di sekitar lokasi, mengambil peluang. Menjual nasi bungkus untuk mereka yang terjebak di tempat itu. Bungkusan berisi sekepal nasi, separuh telur rebus dan sejumput mi dengan sedikit bumbu merah itu, dijual Rp 20 ribu. Mau tidak mau ya dibeli, ketimbang kelaparan. 

Yang lebih serem lagi, ancaman kejahatan dari para bajing loncat. Pernah suatu ketika, seluruh penumpang bus dibajak. Harta benda semua penumpang dilucuti. Kawanan perampok itu kemudian lari ke dalam hutan, beserta barang hasil jarahan. Mereka hilang lenyap, di rerimbunan hutan. Seketika, jalur Berau – Samarinda sempat sepi, karena banyak yang trauma.

Polisi tak tinggal diam. Setiap bus dijaga petugas polisi. Sehingga perjalanan kembali aman, dan situasi benar-benar bisa dikendalikan. Para pelaku kejahatan pun berhasil dilumpuhkan, di antaranya bahkan dirobohkan dengan timah panas.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Stadion Batakan Segera Dilengkapi Lapangan Latihan

Selasa, 23 April 2024 | 13:22 WIB

BPKAD Proses Hibah Lahan Perum Bumi Sempaja

Selasa, 23 April 2024 | 10:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Selasa, 23 April 2024 | 08:30 WIB

Lima SPBU di Kutai Barat Wajibkan QR Barcode

Senin, 22 April 2024 | 20:00 WIB

SIC Bersedia Biayai Waterfront City

Senin, 22 April 2024 | 16:00 WIB

Pemilik Rumah dan Ruko di Paser Diimbau Punya Apar

Senin, 22 April 2024 | 12:30 WIB
X